Nahkoda bertindak cepat menurunkan layar yang koyak dihantam angin, menutup palka, menjauhkan benda tajam, dan mematikan mesin. Kami melilit-lilitkan tali beberapa kali seputar lingkar pinggang ke tiang. Ketika kulihat Mujis menghamburkan muntah, perutku serasa diaduk-aduk dan dalam waktu singkat aku pun muntah, semua penumpang perahu mengalaminya. Aku mendengar samar-samar suara orang berteriak. Rupanya Syah Bandar melepaskan pegangannya dari tiang layar dan mengumandangkan azan berulang-ulang. Setelah azan selesai perlahan-lahan gelombang laut turun, gelombang laut yang meluap-luap berbuih tiba-tiba surut. Seberkas sinar menyelinap di antara gumpalan awan hitam yang memudar.
Awan perlahan-lahan menjadi gelap karena senja telah turun. Perahu pelan-pelan menembus benteng kabut yang tebal. Ada perasaan seram diam-diam menyelinap, kami ketakutan. Tiba-tiba nahkoda menunjuk lurus ke depan dan mengatakan sesuatu dengan suaranya yang serak. Kami serentak berdiri terperangah dan tepat ketika beliau selesai menyebutkan nama Pulau Lanun. Teronggok sepi dan Pulau Lanun tampak kecil sekali.
Kami berjalan pelan beriringan menuju kelompok pohon-pohon rindang dan batu-batu tadi. Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan bahwa sosok itu tidak menginjak bumi. Maka Flo bangkit menghampiri Mahar, menarik tangannya, dan wanita muda luar biasa itu tanpa tedeng aling-aling menyeret Mahar menghadap datuk. Selanjutnya dengan amat berhati-hati Mahar berbisik pada sang datuk. Tuk memegang pundak Mahar sambil mengangguk-angguk. Ia mengeluarkan sepucuk surat dan sebuah pena lalu menyerahkannya dengan penuh hormat pada datuk. Datuk itu mengambilnya dan dengan kecepatan yang tak masuk akal beliau kembali masuh ke dalam gua.
Tuk menyerahkan gulungan kertas itu yang disambut Mahar dengan kedua tangannya. Mahar memasukkan gulungan kertas ke dalam tempat bekas bola badmintondan kotak itu dimasukkannya ke dalam jaketnya. Kami lari terbirit-birit menuju perahu. Nahkoda segera menghidupkan mesin. Kami langsung kabur pulang.
Tengah hari itu banyak orang berkumpul di pohon filicium. Seluruh temanku dan semua warga kampung berkumpul juga. Setelah seluruh guru pulang Mahar dan Flo keluar dari kelas dengan wajah berseri-seri. Mahar memegangi gulungan itu kuat-kuat dan sebelum membukanya ia memberikan sebuah pidato singkat. Mahar mengangkat lagi gulungan kertas pesan Tuk Bayan Tula tinggi akan segera membukanya, di kertas itu tertulis dengan jelas:
INILAH PESAN TUK-BAYAN-TULA UNTUK
KALIAN BERDUA,
KALAU INGIN LULUS UJIAN:
BUKA BUKU, BELAJAR!!
Bab 30
Elvis Has Left the Building