Bab 28
Societeit de Limpai
Societeit de Limpai merupakan organisasi rahasia bentukan orang-orang aneh dan aku adalah sekretaris organisasi yang unik ini. Societeit beroperasi diam-diam. Dalam pembuktiannya terhadap fenomena paranormal mereka sering menggunakan metode ilmiah sehingga mereka dapat juga disebut sebagai ilmuwan dalam definisi mereka sendiri. Mereka secara rutin berkelana. Suatu ketika mereka memasuki Hutan Genting Apit, tempat paling angker di Belitong. Di lembah ini mereka memasang alat-alat elektronik di cabang-cabang pohon untuk mendeteksi gerakan, suara, dan bentuk-bentuk tak biasa lalu menganalisisnya.
Tak ayal Societeit mendatangi kuburan-kuburan keramat, bermalam di lokasi yang terkenal keseramannya, mengumpulkan cerita-cerita takhayul, dan mencari benda-benda magis pusaka warisan antah berantah. Mereka dianggap orang-orang aneh yang menghambur-hamburkan waktu untuk hal-hal tak bermanfaat. Mereka berhasil menghancurkan mitos angker pohon jemang yang telah puluhan tahun menciutkan nyali orang kampung.
Jika tiba dari pengembaraan mistiknya, Mahar dan Flo selalu membawa cerita-cerita seru ke sekolah. Flo memulai kisah bahwa ia menemukan piring-piring dari tanah liat di sekitar kuburan, ia juga menemukan berbagai jenis kendi yang tidak rusak dan terkubur dangkal. Sebaliknya versi Mahar jauh lebih menarik. Ia memberi penjelasan pengetahuan tentang hubungan beberapa kuburan purba bertambak superbesar di Belitong dengan teori-teori para arkeolog terkenal seperti Barry Chamis atau Harold T.
Wajah Mahar serius, nyali kami ciut ketika menatapnya, dan dia melanjutkan cerita seperti orang berbisik. Menegangkan sekali. Kami semakin merapat, Sahara menggigit jarinya, A Kiong berkali-kali menarik napas panjang, Samson tak berkedip, Lintang menyimak penuh perhatian, Syahdan ketakutan, Trapani memeluk Harun. Rasanya aku mau meloncat dari tempat duduk, dan perut bawahku ngilu menahan kencing karena perasaan tegang yang meluap-luap. Kami terpana, bahkan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dadaku berdegup kencang. Mahar menarik napas panjang sekali, agaknya ia merasa berat membocorkan kisah ini.
Bab 29
Pulau Lanun
Nilai-nilai rapor Mahar dan Flo hancur karena agaknya mereka sulit berkonsentrasi sebab terikat pada komitmen-komitmen kegiatan organisasi, dan karena mereka semakin tergila-gila dengan mistik. Mereka sadar bahwa mereka menghadapi trade off, dua sisi yang harus saling menyisihkan, memilih sekolah atau memilih kegiatan organisasi paranormal. Sekolah sangat penting namun godaan untuk berkelana menyibak misteri gaib sungguh tak tertahankan. Mereka tidak ingin meninggalkan keduanya.
Mahar dan Flo sangat yakin bahwa kekuatan supranatural dapat memberi mereka solusi gaib atas nilai-nilai yang anjlok di sekolah. Seluruh anggota Societeit menyambut antusias ide ketuanya untuk mengunjungi Tuk Bayan Tula. Mereka mempersiapkan diri dengan teliti karena perjalanan ke Pulau Lanun tak mudah dan biayanya sangat mahal. Mereka harus menyewa perahu dengan kemampuan paling tidak 40 PK, dan juga seorang nahkoda berpengalaman. Mereka semuanya dan juga aku serta orang-orang yang ingin ikut ke Pulau Lanun harus merelakan barang-barang berharganya. Ketika uang patungan digelar di atas meja gaple terkumpul sebanyak Rp 1,5 juta.
Setelah mendapatkan perahu dan bernegosiasi alot dengan nahkoda akhirnya pas tengah hari kami berangkat. Pada awalnya perjalanan cukup lancar, cuaca cerah, angin bertiup sepoi-sepoi. Namun, menjelang sore angin bertiup sangat kencang. Perahu mulai terbanting-banting tak tentu arah, meliuk-liuk mengikuti ombak yang tiba-tiba naik turun dengan kekuatan luar biasa. Sebuah gelombang yang dahsyat menghantam lambung perahu hingga terdengar suara seperti papan patah. Kami terhunjam bersama ombak besar yang menimbulkan lautan buih putih meluap-luap mengerikan.