Mohon tunggu...
Zulkarnaini
Zulkarnaini Mohon Tunggu... Administrasi - Instruktur HMI Nagan Raya/Desainer

𝓛𝓮𝓫𝓲𝓱 𝓫𝓪𝓲𝓴 𝓶𝓮𝓷𝓬𝓸𝓫𝓪 𝓶𝓮𝓶𝓹𝓮𝓻𝓫𝓪𝓲𝓴𝓲 𝓴𝓮𝓪𝓭𝓪𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓻𝓲𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓬𝓮𝓵𝓪 𝓴𝓮𝓪𝓭𝓪𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓪𝓭𝓪

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Perjuangan HMI

9 Juni 2023   14:05 Diperbarui: 9 Juni 2023   14:12 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGANTAR ILMU SEJARAH

A.Pengertian

Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi dimasa yang telah lalu dan benar-benar terjadi, dan tercatat dalam buku-buku maupun tulisan-tulisan. Mengenai kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kajian-kajian yang benar-benar terjadi di masa lampau, dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah ialah kajian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

B.Manfaat dan kegunaan mempelajari ilmu sejarah  

Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan dengan mempelajarinya maka dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari peristiwa tersebut, dan dari pengetahuan sejarah dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.

MISI KELAHIRAN ISLAM

A.Masyarakat Arab pra Islam

Sebelum masuknya Islam ke dalam masyarakat Arab mereka disebut masyarakat jahiliyah, karena mereka hidup dengan keterbelakangan budaya, krisis moral sosil maupun peradaban. Hal demikian yang membuat orang-orang men-justice bahwa masyarakat Arab pra Islam memang begitu jahiliyah, dengan kebiasaan menyembah berhala, kemudian mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup karena anggapan mereka bahwa anak perempuan adalah pembawa sial, dan merugikan keluarganya saja, terlebih lagi perbudakan pada zaman itu sungguh tidak ber-prikemanusiaan, yang mana budak perempuan diperlakukan sebagai benda bergerak yang menyenangkan untuk di pakai dan terus di buang, dan yang lelaki diperas keringatnya tanpa ada imbalan sedikitpun. Akan tetapi ada sebagian yang menjadi kebanggaan masyarakat Arab pada saat itu yaitu syair-syair puisi yang memang diakui pada saat itu, syair mana yang dapat mengalahkan syair-syair orang Arab pada masa itu. Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga besar)¬, karenayang menjadi kebanggaan mereka adalah tingginya egoisme kekuasaan (kabilah), tidak adanya alteristik antara sesama umat manusia, dan saling memamerkan hartanya kepada orang-orang disekelilingnya. Hal ini yang menyebabkan berperangnya klan-klan yang ada di masyarakat Arab, sehingga dimata negara-negara lainpun bangsa Arab adalah bangsa yang lemah dan mudah terpecah belah.

B.Periode Kenabian Muhammad SAW

*Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaan masyarakat yang disintegrasi bangsa (bisa dikatakan buruk pada masa kini). Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad adalah putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah yang mana ketika lahirpun beliau sudah menjadi yatim. Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “Al-amin” atau orang yang dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang bernama tante Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan kontempasi atau menyendiri di luar Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira. Entah apa yang di pikirkannya yang pastinya saat itu Muhammad mengalami kejumhudan tingkat tinggi.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering gelisah, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering kualitas maupun kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya 17 Ramadhan yang bertepatan pada tanggal 6 Agustus 610 M, datanglah seseorang kepadanya yang bernama Jibril yang mana datang untuk menyampaikan wahyu pertama (Q.S Al-Alaq: 1-5). Pasca menerima wahyu di gua Hira, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu-wahyu berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad untuk menyampaikan “dakwah siar”. Isi dakwah tersebut adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang revolisoner, yang mana merubah akhlak umat manusia, karena Islam mengajarkan tentang akhlak yang baik. Perubahan yang lainnya adalah nilai persamaan atau equalistik yaitu kesetaraan antar umat manusia, tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antara ras, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan bernegara.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan oleh Muhammad SAW, berkaitan pada nilai kehidupan atau keimanan bahwa “laa illaha illallah, kemudian perbaikan akhlak-akhlak masyarakat Arab. Karena pada saat itu yang harus dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah dan akhlak yang dijadikan landasan fundamental.

*Fase Madinah

Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Yatsrib (diganti dengan nama Madinah). Hijrahnya Nabi Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib karena penduduk dan kabilah Makkah pada saat itu mengusir Nabi berseta pendukungnya sehingga Nabi pun harus pergi dari kota kelahirannya. Tetapi setelah hijrahnya Nabi Muhammad meneruskan dakwahnya sehingga masyarakat Yatsrib pun tertarik dengan beliau dan ikut masuk Islam. Sampai kemudian umat Islam di Yatsrib kian hari bertambah dan berkembang sehingga pada akhirnya kota Yatsrib diubah namanya menjadi Madinah.

Dengan bersatunya kaum Anshar (tuan rumah di Madinah) dengan Muhajirin (pendatang dari Makkah) umat Islam menjadi kuat dan semakin berkembang pesat tanpa adanya pertentangan dengan agama-agama lain yang ada pada saat itu di Madinah. Dengan konsep yang dibawa dalam ajaran Islam persamaan dan kesatuan, Madinah menjadi tempat pembinaan masyarakat Islam. Pembinaannya tidak hanya meliputi bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Pada fase ini di Madinah ajaran Islam lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan dan muammalah sehari-hari.

Dengan perkembangan Islam yang semakin pesat ini, kaum muslimin dianggap oleh bangsa Quraiys sebagai ancaman bagi kelompok lainnya karena pastinya kelompok lain akan ikut oleh Nabi Muhammad SAW, maka kemudian bangsa Quraiys mengajak perang kepada umat Islam pertama kali dan disebut perang Badar yang dimenangkan oleh Umat Islam dan selanjutnya perang-perang dalam menaklukan Makkah seperti perang Uhud, Ahzab, Khandak. Pada prinsip peperangan yang terjadi bagi kaum muslimin peperangan ini upaya defensif idealisme dalam rangka menegakkan kalimat Tauhid.

Nabi Muhammad SAW wafat dan dimakamkan di Madinah di usia yang ke 63 pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H bertepatan pada tanggal 8 Juni 632 M.

SEJARAH PERJUANGAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A.Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI

“sesungguhnya tahun-tahun pemulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mulabuka lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya. ”(Media, No.7 Th.III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, h.32)

Dengan ungkapan ini jelaslah hubungan Lafran Pane dengan HMI tidak bisa dipisahkan. Latar belakang pemikiran Lafran Pane untuk mendirikan HMI, adalah juga identik dengan latar belakang munculnya pemikiran HMI. Dengan demikian memahami pemikiran Lafran Pane, akan senantiasa terdapat proses komunikasi dan ekspresi dengan lingkungannya, yaitu dengan Indonesia yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, dengan segala royalitas dan totalitasnya. Pemikiran Lafran tidak bisa difahami tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang melingkupinya.

Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya pemikiran HMI adalah:

1.Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan

2.Kesenjangan dan kejumhudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahaman dan penghayatan serta pengamalan ajaran Islam

3.Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan

4.Munculnya polarisasi politik

5.Perkembangan paham dan ajaran komunis dikalangan masyarakat dan mahasiswa

6.Kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis

7.Kemajemukan bangsa Indonesia

8.Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.

Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan perkembangan yang mengikutinya, tampilan Lafran Pane seorang mahasiswa yang sejak menjadi mahasiswa aktiv mengamati dan memikirkan secara seksama perkembangan sosial, politik dan budaya di tanah air, mengangkat kedelapan faktor di atas menjadi semangat spiritual. Idealisme ini diangkat menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saat itu.

Setelah berulang kali mencoba mengadakan perbincangan yang selalu gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa. Akhirnya, pada hari Rabu Pon 1878, tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14 orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashuri (Malang), Bidron Hadi (Kauman Yogyakarta), Zulkarnaen (Bengkulu), dan Mansyur.

*Sekilas Sosok Lafran Pane

  Berdasarkan penelitian dan penelusuran sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sultan Panguraban Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan normal dan lurus. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia dapatkan dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

 Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah study ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Fakultas Kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta di nrgrikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gajah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

A.Fase-fase Perjuangan HMI

Dalam perjalanan HMI selama setengah abad lebih, telah menjalani 11 fase

a.Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (tahun 1946)

Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi objektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit dan menunjukan apa sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan.

b.Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947)

Selama kurang lebih 9 bulan, reaksi-reaksi terhadap HMI barulah berakhir. Masa 9 bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan silih berganti, yang semuanya itu untuk mengokohkan eksistensi HMI, sehingga dapat berdiri tegar dan kokoh. Maka diadakan berbagai aktivitas untuk popularitas organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi malam-malam kesenian.

Di bidang organisasi, HMI mulai mendirikan cabang-cabang baru seperti kelaten Solo dan Yogyakarta. Pengurus HMI bentukkan 5 Februati 1947 otomatis menjadi PB HMI dan merangkap menjadi pengurus HMI cabang Yogyakarta I. Ada anggapan bahwa HMI hanya untuk mahasiswa STI sehingga untuk menghilangkan anggapan keliru tersebut pada 22 Agustus 1947 PB HMI diresuffle. Ketua Lafran pane digantikan oleh H.M Mintaredja dari Fakultas Hukum BPT GM, sedang Lafran Pane menjadi wakil ketua merangkap Ketua HMI Cabang Yogyakarta.dejak itu mahasiswa BPT GM, STT mulai masuk dan berbondong-bondong menjadi anggota HMI. Di Yogyakarta tanggal 30 November 1947 diadakan Kongres I HMI.

c.Fase Perjuangan Bersenjata dan Perang Kemerdekaan, dan Menghadapi Penghianatan dan Pemberontakan KPI (1947-1949)

Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun ke gelanggang medan pertempuran melawan Belanda, membantu pemerintah baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing sebagai staf penerangan, penghubung dll.

Untuk menghadapi Madiun 18 September 1948. Ketua PMI/ wakil ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM) dengan komandan Hartono, wakil komandan Ahmad Rirtosudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Sejak itulah dendam PKI terhadap HMI tertanam dam terus berlanjut sampai puncaknya pada tahun 1964-1965 yaitu gerakan penggayangan terhadap HMI menjelang meletusnya Gestapu/PKI 1965.

Pada fase ini berlangsung peringatan Dies Natalis pertama HMI di Bangsal Kepatihan tanggal 6 Februari 1948, pamglima Angkatan Perang Republik Indonesia Jendral Soedirman memberi sambutan pada peringatan tersebut atas nama pemerintah RI. Jendral Soedirman selain mengartikan HMI sebagai Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga di artikan sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, HMI juga diartikan Harapan Masyarakat Islam Indonesia.

Pada fase ini berlangsung pula Kongres Muslim Indonesia II di Yogyakarta tanggal 20-25 Desember 1949 yang dihadiri oleh 185 organisasi, alim ulama dan intelegensia Indonesia. Pada Kongres ini di antara tujuh dari keputusannya di bidang organisasi salah satu keputusannya adalah: Hanya satu organisasi mahasiswa Islam, yaitu HMI yang bercabang di tiap-tiap kota yang ada sekolah tinggi.

d.Fase Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-1963)

Selama anggota HMI banyak yang terjun ke medan pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah, selama itu pula pembinaan organisasi HMI terbengkalai. Namun hal ini dilaksanakan dengan sadar, karena ini semua untuk melealisir tujuan HMI sendiri, serta dwitugasnya, yakni tugas agamanya dan tugas bangsanya. Maka dengan adanya pengakuan kedaulatan rakyat tanggal 27 Desember 1949, makasiswa yang berminat melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta.

Sejak tahun 1950, dilaksanakan usaha-usaha konsolidasi organisasi sebagai masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun ini antara lain:

1.Pembentukan cabang-cabang baru

2.Memberikan majalah sejak 1 Agustus 1954, sebelumnya terbit Crherium, Cerdas, dan tahun 1959 menerbitkan majalah media

3.7 kali Kongres

4.Pengesahan atribut HMI seperti lambang, bendera, muts, hymne HMI

5.Merumuskan tafsir asas HMI

6.Pengesahan kepribadian HMI

7.Membentuk Badko

8. Menentukan metode training HMI

9.Pembentukan lambang-lambang HMI, di bidang eksternal

10.Pendayagunaan PPMI

11.Menghadapi pemilu I 1955

12.Penegasan independensi HMI

13.Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi, tuntutan agar pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan Tinggi

14.Mengeluarkan konsep “peranan agama dalam pembangunan” dan lain-lain.

 Selain masalah internal ini muncul pula persoalan eksternal yang sangat menonjol.justru karena keberhasilan HMI melaksanakan konsolidasi organisasi ada golongan yang iri dan tidak senang kepada HMI yaitu PKI.

Tidak dibubarkan dan dilarangnya PKI akibatnya pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, PKI otomatis mempunyai kesempatan untuk bangkit kembali. Tanggal 21 Februari tahun 1957, presiden Soekarno mengumumkan konsepsinya supaya kabinet berkaki empat dengan unsur PNI, masyumi NU dan PKI (sebagai empat besar pemenang pemilu 1955). Berikutnya di Moskow tanggal 19 November 1957 dicetuskanlah Manifesto Moskow, yaitu satu program untuk mengkomunikasikan penentangan terhadap kebijakan politik presiden Soekarno, dengan manipol udeskya, dengan keputusan presiden nomor 200: tanggal 17 Agustus tahun 1960 Masyumi dipaksa bubar. Untuk menghadapi perkembangan politik, Kongres V HMI di adakan pada 24-31 Desember di Medan yang mengeluarkan dua sikap antara lain:

1.Haram hukumnya menganut ajaran komunis karena bertentangan dengan Islam

2.Menuntut Islam sebagai dasar Negara  

e.Fase Tantangan I (1964-1965)

Dendam PKI terhadap HMI yang tertanam karena keikutsertaan HMI dallam menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus bubar, karena dianggap sebagai penghalang bagi tercapainya tujuan PKI. Untuk itu dilakukan berbagai usaha untuk membubarkan HMI.

Sesuai hasil Kongres II Cnsetrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) organisasi mahasiiswa underbow PKI di salatiga, Juni 1961 untuk melekuidasi HMI. PKI, CGMI dan organisasi lainnya yg se-ideologi mulai melakukan gerakan secara terbuka untuk membubarkan HMI. Gerakan pembubaran HMI di sokong seluruh simpatisan dari tiga partai besar yaitu PKI, PATRINDO, dan PNI juga seluruh underbow ketiga partai tersebut yang semuanya berjumblah 42 partai. Untuk membubarkan HMI sekitar Maret 1965, dibentuklah partai aksi pembubaran HMI di Jakarta yang terdiri dari CGMI, GMNI, IPPI, GRMINDO,GMD, MII, Pemuda Marhaenis, Pemuda Rakyat, Pemuda Indonesia, PPI, dan APPI. .

Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam (GEMUIS), yang terbentuk tahun 1964 membentuk partai solidaritas pembela HMI, yang terdiri dari unsur-unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh Indonesia. Bagi umat Islam HMI merupakan taruhan terakhir yang harus dipertahankan setelah sebelumnya masyumi dibubarkan. Kalau HMI sempat bubar, maka satu persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu pembubaran.

Namun gerakan pembubaran HMI ini gagal justru dipuncak usaha-usaha pembubaran tersebut dalam acara pembubaran Kongres CGMI tanggal 29 September 1965 di Istora Senayan. Meski PKI terus melakukan provokasi kepada presiden Soekarno, seperti diungkapkan DN Aidit, “kalau anggota CGMI tidak bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih baik pakai sarung saja... kalau semua front sudah minta, presiden akan membubarkan HMI” namun ternyata HMI tidak dibubarkan, bahkan dengan tegas presiden Soekarno mengungkapan dalam pidatonya “pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu menjadi kontra revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan ku bubarkan. ”

Antara lain karena gagal membubarkan HMI, maka PKI sudah siap main kayu, main kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka meletuslah pemberontakan G30S/PKI 1965.  

f.Fase Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angkatan 66 (1966-1968)

1.Tanggal 1 Oktober adalah tugu pemisah antara Orde lama dan Orde baru

2.Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI gagal membubarkan HMI, HMI akan tampil kedua kalinya untuk memberantas PKI

3.Wakil ketua PB HMI tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)

4.Tritura 10 Januari 1966

5.Surat perintah sebelas maret 1966

6.Dibubarkan dan dilarangnya PKI tanggal 12 Maret

7.Kabinet Ampera terbentuk, HMI diajak hearing pembentukan kabinet dan alumni HMI masuk kabinet

g.Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan (1969-sekarang)

Setelah Orde Baru mantap dan Pancasila serta UUD 1945 sudah dilaksanakan secara murni dan konsekuen, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulai rencana pembangunan 5 tahun dan sudah menyelesaikan pembangunan 25 tahun pertama, kemudian menyusel pembangunan 25 tahun kedua. Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi sebaliknya merupakan pembangunan raksasa sebagai usaha kemanusiaan yang tidak habis-habisnya. Partisipasi segenap warga negara sangat dibutuhkan. HMI pun sesuai dengan lima aspek memikirannya, telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan: (a) partisipasi dalam pembentukan suasana, (b) partisipasi dalam pembentukan konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran: (partisipasi dalam bentuk langsung dalam pembangunan)  

h.Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970-1998)

Selama kurun waktu Orde Lama (1956-1965) kebebasan mengeluarkan pendapat banyak yang bersifat akademis terlebih-lebih politik terkekang dengan ketat. Susana itu berubah tatkala Orde Baru muncul, walaupun kebebasan hakiki belum di peroleh sebagaimana mestinya. Sama halnya dipenghujung pemerintajan Soeharto dianggap sebagai suatu perbedaan yang tidak pada tempatnya. Namun walaupun demikian kebebasan datang, kondisi terbatas dapat dimanfaatkan, baik yang berkaitan dengan agama, akademik dan politik. Kejumhudan dan susana terkekang pada masa Orde Lama mulai cair terutama dalam pembaharuan pemikiran Islam yang dipandang sebagai suatu keharusan, sebagai jawaban terhadap berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan kontemporer. Hal seperti ini muncul di kalangan HMI dan mencapai puncaknya tahun 1970. Tatkala Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuannya dengan topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam Islam dan masalah Integrasi Umat. Sikap itu diambil karena apabila kondisi ini dibiarkan persoalan-persoalan umat yang terbelenggu selama ini, tidak akan memperoleh jawaban efektif.

Sebagai konsekuensinya muncul pergolakan pemikiran dalam tubuh HMI yang dalam berbagai subtansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpensi. Hal itu tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara Islam, Islam kaffah, sampai kepada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. Sejak diberlakukannya undang-undng nomor:8/1985 yang mengharuskan semua partai dan organisasi harus berdasarkan pancasila. Kongres ke 16 HMI di Padang 1986,HMI menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam dengan Pancasila. Akibatnya beberapa orang HMI membentuk MPO, akibatnya HMI tepecah menjadi dua yaitu HMI DIPO dan HMI MPO.

i.Fase Reformasi (1998-2000)

Apabila dicermati dengan seksama secara historis HMI sudah mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan beberapa pandangan yang berbeda serta kritis maupun evaluasi secara langsung terhadap pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan presiden Soeharto pada tahun 1995. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan konstitusional dan konfrontasiterhadap pemerintah. HMI melakukan dan menyampaikan kritik secara langsung yang bersifat konstruktif.

Koreksi dan kritik yang dimaksud. Pertama, disampaikan M. Yahya Zaini ketua Umum PB HMI periode 1992-1995 ketika memberikan sambutan pada pembukaan Kongres ke 20 di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. koreksi itu antara lain bahwa, menurut penilaian HMI pembangunan ekonomi kurang di ikuti dengan pembangunan politik. Masih dirasakan tingkat perubahan di tingkat politik tidak sebanding dengan apa yang terjadi di bidang ekonomi. Dalam pembangunan politik institusi-institusi politik atau badan-badan demokrasi belum maksimal memainkan fungsi dan perannya. Akibatnya aspirasi masyarakat masih sering tersumbat. Kondisi inilah yang membuat kita, pemerintah dan masyarakat untuk terus menggelindingkan proses demokratisasi dengan bingkai Pancasila tetapi ini harus diikuti dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam suasana demikian, proses saling kontrol akan terbangun. Selain itu HMI melihat masih banyak distorsi dalam proses pembangunan gejala penyalahgunaan kekuasaan, kesewenang-wenangan, praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme adalah cerminan tidak berfungsinya sistem nilai yang menjadi kontrol dan landasan etika dan bekerjanya suatu sistem.

Suara reformasi berikutnya dengan fokus yang lebih tajam, lugas di hadapan presiden Soeharto tatkala menghadiri dan memberikan sambutan pada peringatan ulang tahun emas 50 tahun HMI di jakarta tanggal 20 Maret 1997 (satu tahun sebelum reformasi), dimana Taufik Hidayat ketua umum PB HMI 1995-1997 menegaskan. Sekaligus jawaban atas kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI, kekuasaan atau politik bukanlah hal yang haram, politik justru mulia, apabila di jalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang sungguh-sungguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, HMI akan tampil kedepan dan menantang kekuasaan yang korup dan menyeleweng. Ini telah dibuktikan ketika HMI telah aktiv adalam merintis dan menegakkan Orde Baru. Demikian juga pada saat sekarang ini dan masa-masa mendatang. Kritik-keritik ini tidak boleh mengurangi rasa percaya diri HMI untuk tetap melaksanakan amal ma’ruf dan nahi munkar.

Pemikiran reformasi selanjutnya disampaikan ketua umum PB HMI 1997-1999 Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998, dengan judul Urgensi Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa yang Bermartabat. Pidato itu disampaikan 3 bulan sebelum lengsernya presiden Soeharto 21 Mei 1998. Suara dan tuntutan reformasi telah dikumandangkan pula dalam berbagai aspek, yang disampaikan Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis ke 52 di Jakarta 5 Februari 1999 dengan judul Dari HMI Untuk Kebersamaan Bangsa Menuju Indonesia Baru. Tuntutan reformasi juga disampaikan ketua umum PB HMI M. Fahruddin pada peringatan Dies Natalis ke 53 HMI di Jakarta 5 Februari 2000 dengan judul Merajut Kekuasaan Oposisi Membangun Demokrasi Membangun Peradaban Baru Indonesia.

j.Fase Tantangan II (2000-sekarang)

 Fase tantangan II ini justru datang setelah Orde Reformasi berjalan dua tahun. Mestinya berdasarkan landasan-landasan atau sikap-sikap yang telah diambil PB HMI memasuki era reformasi semestinya HMI mengalami perkembangan yang signifikan menjawab berbagai tantangan sesuai perannya sebagai organisasi perjuangan, yang harus tampil sebagai pengambil inisiatif dalam memajukan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi justru sebaliknya HMI secara umum mengalami kemunduran, yang secara intensif disinyalir Agussalim Sitompul dalam bukunya 44 indikator kemunduran HMI.

Jika pada fase tantangan I (1954-1965) HMI dihadapkan kepada tantangan eksternal yaitu menghadap PKI, pada fase tantangan II ini HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar secara internal dan eksternal sekaligus.

Pertama, tantangan internal , kajian tentang HMI saat ini memnunjukan bahwa dalam kehidupan skarang dan mendatang, HMI ditantang:

1.Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunnya jumlah mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI di berbagai perguruan tinggi, institut, fakultas, akademi, program studi, sebagai basis HMI.

2.Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadan berbagai masalah yang muncul yang di hadapi bangsa Indonesia.

3.Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai avant grade, kader pelopor bangsa dalam memanggil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang sangat dibutuhkan masyarakat.

4.Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain, yang dapat tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.

Sebagai jawabannya, menuntut perpecahan yang bersifat teoritis dan praktis, akan tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, inklusif. Sebab pendekatan yang tidak konseptual, parsial dan ekslusif tidak akan melahirkan jawaban yang efektif. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran dari anggota, aktivis, kader, dan pengurus HMI di seluruh jenjang organisasi.

Kedua, tantangan eksternal, berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMIyang tidak sekala besar dan rumitnya dari tantangan internal, antara lain:

1.Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke 20 dan yang muncul pada abad ke 21 ini

2.Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dialami generasi muda bangsa

3.Tantangan untuk memersiapkan kader-kader dan alumni HMI yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena regenerasi atau pergantian pejabat-pejabat, suka tidak suka, mau tidak mau pasti terus berlangsung

4.Tantangan menghadapi bahaya abadi komunis

5.Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari umat islam dan bangsa Indonesia

6.Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah

7.Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa henti

8.Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompetitif

9.Tantangan menghadapi masa depan yang belum diketahui bentuk dan coraknya

10.Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu

11.Kondisi dan keadaan perguruan tinggi serta dunia kemahasiswaan, kepemudaan, yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks.

Pada fase tantangan II ini nampaknya HMI semakin memudar dan mundur yang telah berlangsung 25 tahun sejak 1980-2005. HMI tidak dapat bangkit secara signifikan, bahkan dalam dua periode terakhir PB HMI mengalami perpecahan. Karena itu, menghadapi tantangan tersebut, HMI dengan segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan penuh semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu menghadapi tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi sejak dari PB HMI, Cabang, Korkom, Komisariat, Lembaga-Lembaga Kekaryaan, serta segenap anggota HMI, maupun alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai penerus, pelanjut serta penyempurna mission sacre HMI. Peralihan zaman, peralihan generasi, saat ini menentukan bagi eksistensi HMI di masa mendatang.

k.Fase Kebangkitan Kembali (2006-sekarang)

Gelombang keritik terhasdap HMI tentang kemundurannya menghasilkan dua umpan baik. Pertama, telah muncul kesadaran individual dan kolektif dikalangan anggotaaktivis , kader , bahkan alumni HMI serta pengurus sejak dari Komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang mengalami kemunduran. Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul pula kesadaran baru, baik secara individu dan kolektif dikalangan anggota, aktivis , kader , bahkan alumni dan pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan dan pembaharuan, supaya dapat bangkit kembali seperti masa jaya-jayanya dulu.

Sampai sejauh mana kebenaran dan bukti adanya indikator-indikator kebangkitan kembali HMI, sejarahlah yang akan menentukan kelak. Kita semua berharap dengan penuh optimistis sesuai dengan ajaran Islam supaya manusia bersikap optimis, agar HMI dapat mengakhiri masa kemundurannya, dan memasuki masa kebangkitannya secara meyakinkan.

Ditangan generasi sekarang lah sebagai generasi penerus, lanjut, dan penyempurna perjuangan HMI. Yakin Usaha Sampai !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun