Segalanya terjadi begitu cepat. Sebuah mobil boks hilang keseimbangan dan berguling ke arah mobilku. Aku berusaha menghindar, tapi segalanya terlambat.
*
Suara ambulans menyadarkanku, dan aku baru sadar kalau aku masih dalam mobil yang sepertinya telah hampir hancur ini. Banyak suara yang kudengar, suara-suara orang yang berusaha membuka mobilku. Aku langsung melihat Alisia yang ada disisiku. Tangannya masih menggenggam tanganku erat. Aku bisa melihat darah mengalir dari kepala dan hidungnya, beberapa pecahan kaca kecil menancap di pipinya. Alisia menatapku dengan senyum kecil.
“Kita bertengkar tadi. Aku takut sekarang,” katanya.
“Jangan takut, segalanya akan baik-baik saja.” Aku berusaha menenangkannya.
“Tapi Nino... sepertinya tidak...”
Aku melihat dengan panik dan baru sadar bahwa kaca depan mobil sudah pecah. Ada pecahan besar yang menancap di dada Alisia.
“Tidak, semuanya akan baik-baik saja!” Aku mulai menangis.
“Aku cinta kamu, kamu tahu itu, ya kan?” kata Alisia tersenyum.
Alisia menutup matanya, dan aku mendengar petugas memanggilku, entah bagaimana aku bisa keluar dari mobil, dan semuanya gelap.
**