Ah. Kak Nino pasti sangat mencintai gadis ini, hingga ia memikirkan untuk menjadikan gadis ini sebagai calon istrinya. Aku bisa merasakannya sekarang. Kak Nino pasti sangat memimpikan hidup bersama dengan Alisia. Aku memandangi foto Alisia. Gadis itu cantik, dan kelihatannya baik hati. Segalanya terlihat baik-baik saja dan normal, tapi apa yang terjadi hingga Alisia meninggal?
“Apa yang kamu cari?”
***
Nino P.O.V
Aku mendapati Ryfan memegang lembaran foto Alisia. Entah apa yang aku rasakan, tapi yang pasti aku marah. Anak itu!
“Apa yang kamu cari?” tanyaku dengan nada tinggi.
“Kenapa kamu membongkar laciku?” aku merebut foto-foto itu dan aku melihat Ryfan menatapku dengan bingung, sedih, dan penasaran.
“Maaf kak, Ryfan...”
“Keluar,” kataku dingin. Ryfan diam tak bergeming didepanku.
“Keluar!” teriakku. Aku benar-benar marah. Ryfan menurut dan keluar dari kamarku.
Aku menutup pintu dan menguncinya. Aku menyimpan foto-foto Alisia kembali ke laciku dan seperti biasa mengeluarkan kotak beludru yang berisi cincin, cincin yang seharusnya kuberikan kepada Alisia dua tahun lalu. Tak hanya itu, aku mengeluarkan sebuah kotak besar dari bawah ranjang. Kotak kayu putih yang sudah mulai berdebu karena lama tak dibuka. Aku mengeluarkan isinya yang semuanya adalah benda-benda tentang Alisia. Ada jepit rambut berwarna merah muda yang biasa ia gunakan, ada foto-fotonya, ada ponsel terakhir Alisia, dan ada sweater jingga.