Aneh kata-kata Lani tidak bisa tersusun dengan baik. Apa yang ada dikepalanya tidak dapat Lani keluarkan menjadi kalimat yang dapat dicerna.Â
"ahkh, aku, keapa, haaa, us, haakh"
Lani ingin menangis sejadi-jadinya. Ia sangat takut, terlebih lelah, sekarang Ia bahkan tidak dapat berbicara. Apakah ada yang menutup mulutnya agar tidak dapat menyampaikan ketakutannya.
Tidak ada yang aneh di rumah sakit ini. Lani harus pergi. Ia ingin pulang. Pasti wanita itu setan.
Tapi sejak itu Lani tak berani keluar kamar, tidak lagi-lagi Ia ke gedung sebelah.
.........................................................
Hari ini Lani dapat teman sekamar. Setelah beberapa hari sendiran, membuat keributan, dan selalu memaksa pulang. Tidak ada yang mendengarkannya. Dokter bahkan tidak memberi tahu Lani apa yang salah pada kesehatannya.
Lani memang berada di kamar dengan kapasitas 2 orang. Seorang perempuan muda. Usianya tidak lebih dari 30 tahunan. Wanita itu didorong dengan kursi roda dan dibopong ke kasurnya, terlihat lemah sekali. Pandangan matanya kosong. Lani sempat bertatap mata dengannya. Namun meski wanita itu menatapnya seperti tidak ada jalan pikirnya. Tanpa ekspresi, tanpa arti apa-apa.
Suster memasang infus pada lengannya. Jarum mulai dimasukkan namun tidak ada pergerakan sama sekali. Kalau aku sih meringis, pikir Lani. Suster seperti membisikan sesuatu ke telinga wanita itu dan mengusap kepalanya. Menyingkirkan rambutnya yang terurai dan menutup dahi. Dokter Kemudian terlihat menghampiri. Mengecek detak jantungnya, dan melihat pergerakan matanya. Meskipun sudah diberikan stimulasi-stimulasi wanita itu tetap diam. Selesai mengecek hal-hal umum lainnya semua meninggalkan Lani berdua. Sebelum itu Lani melihat dokter menyuntikan sesuatu. Kemudian wanita itu memejamkan matanya. Lani melihat, ingin bertanya namun sungkan. Sudahlah nanti juga bisa, dia pasti lemas sekali, wajahnya pucat, dan mulai tak sadarkan diri. Bertanya pada suster dan dokter pun Ia sedang muak, mengingat ketidakjelasan ini. Lani ingin pulang, Ia merasa sehat. Ditengah pikiran-pikiran gundahnya Lani pun kembali tidur.
Sudah lama sekali Lani tidak bermimpi. Ia merasa seperti terbang, diawang-awang. Ia seperti merasakan sentuhan-sentuhan halus bagai kapas disekitarnya. Lembut membawanya terus menikmati sensasi terbang. Pikirannya menjadi tenang dan senang. Ia merasa seperti anak kecil yang tidur di tumpukan kapas, Lani terus tersenyum, bahkan sesekali tertawa karena rasa geli yang timbul ketika benda-benda halus itu menyentuh pipinya. Lani bagaikan anak lima tahun, Ia sudah lupa beban hidupnya. Semua terlupakan. Hanya indah dan menyenangkan.
***