Mohon tunggu...
Yurisqi Mukdisari
Yurisqi Mukdisari Mohon Tunggu... Ilmuwan - ENFJ-T

Branding myself become what you think right now, but writting never lies.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Lani

18 Agustus 2019   14:11 Diperbarui: 18 Agustus 2019   14:26 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahlah biar, daripada hidup bersama tapi tersiksa lahir dan batin. Hanya bayinyalah yang selalu Ia pikirkan. Tanggung jawab untuk membesarkan anaknya seorang diri, agar bayinya kelak menjadi orang yang baik, jangan seperti Herman.

Lani terus menyusuri lorong, hingga ia mendapati sebuah taman pada bagian gedung yang lain. Sepertinya memang lorong-lorong ini sambung menyambung. Jika tempat Lani dirawat berada di gedung tertutup begitu sampai di gedung sebelah justru terbuka dengan taman pada bagian tengahnya. Kamar-kamar menghadap ketengah sehingga siapapun dapat memandang taman dari jendela. Meskipun begitu tamannya seolah kurang terawat. Rumputnya liar dan mulai meninggi, seperti terlewat dibersihkan satu atau dua minggu. Terdapat kursi-kursi taman juga lampu dengan tiang. Memangnya siapa yang akan menikmati taman dimalam hari pikirnya.

Ketika tanpa sadar Lani duduk dikursi taman, Ia mulai merasakan seperti ada yang mengamatinya. Lani mulai menerawang kesekelilingnya tetapi tidak ada siapapun. Pintu-pintu kamar tertutup rapat. Sepertinya sunyi sekali apakah pasien-pasien disini tidak ada. Aneh sekali apakah bangunan ini memang tidak terpakai pikirnya. Semakin lama hawa keberadaan orang lain semakin terasa, namun hawa aneh itu justru membuat Lani enggan untuk melihat ke kanan dan ke kiri. Sunyi dan sendiri seperti ini mulai membuat Lani gelisah. Pikiran-pikiran menyeramkan mulai terbayang dan bulu kuduknya pun mulai berdiri. Segera Lani kembali kearah sebelumnya Ia datang, namun tiba-tiba Ia melihat gerakan dari balik tiang diujung lorong. Seorang wanita berbaju hitam dengan rambut sebahu berlari kemudian membuka pintu kamar paling ujung dan cepat-cepat menutupnya hingga terdengar suara brakkk!

Lani sesaat bingung apakah Ia harus menuju kamar itu atau tidak. Hawa tidak enak mulai terasa pada tengkuknya. Tetapi wanita itu adalah satu-satunya yang ada disini selain dirinya. Lani harus menemui wanita itu. Setidaknya agar tidak merasa sendiri. Lani penasaran.

Perlahan Lani mulai melangkah menuju kamar paling ujung tersebut. Lebih mudah karena Lani berdiri di taman yang berada di tengah bangunan. Mula-mula Lani mengintip pada jendela disamping pintu. Kacanya tidak terlalu terang seperti model kaca film tua. Jika kita mendekatkan pandangan lebih dekat barulah terlihat apa yang ada dibalik jendela. Itupun kurang jelas mungkin karena faktor jendela yang kusam berdebu. Samar-samar Lani melihat terdapat meja yang ada di balik jendela. Sepertinya memang sengaja ditempatkan menempel menghadap jendela. Kemudian terdapat tempat tidur kayu dengan kasur yang dibungkus kain putih rumah sakit. Namun sepertinya kamarnya masih luas antara terdapat meja lain atau adanya kasur lain disebelahnya, yah seperti kamar yang ditempati Lani. Samar-samar sepertinya ada wanita itu duduk dikasur kedua namun karena tak jelas terlihat dan wanita itu menghadap ke dinding, Lani pun megetuk pintu. 

Tak ada jawaban sama-sekali meski sudah diulang beberapa kali. Lani kembali mengintip melalui jendela. Anehnya wanita tadi tidak ada di kasur. Apa mungkin dia berdiri dibalik pintu atau di bagian yang tak terlihat. Apa wanita itu tidak mau menemuinya?

"Hallo... permisi"

"Halo... mbak maaf saya Lani dirawat di sini juga"

"Mbak boleh saya masuk?"

Namun masih juga tidak ada jawaban. Lani yang penasaran mencoba memegang gagang pintu. Ternyata pintunya tidak terkunci. Dengan mudah Lani dapat membukanya, meskipun begitu Lani enggan mendorong pintunya. Pikirannya kembali berpikir apa baik membuka kamar begitu saja. Ah tapi kan ini rumah sakit bukan kamar pribadi sudah sewajarnya kan perawat dokter bahkan orang yang membesuk masuk. Aneh juga kalau pintunya terkunci atau harus ketuk pintu kalau masuk celoteh Lani.

Perlahan Lani membuka pintu. Kini jelas terlihat terdapat dua tempat tidur dan dua buah meja. Satu meja menghadap jendela dan satunya lagi berada menghadap dinding sehingga simetris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun