Mungkin dengan uang itu, Â mereka bisa membeli kereta kuda seperti milik para petinggi kerajaan. Tapi kenapa wajah suaminya nampak murung begitu tiba di rumah. Dia mulai khawatir kalau telah terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya.
"Duduklah dulu. Aku sudah menyiapkan wedang jahe dan getuk untukmu," sambut istrinya  sebelum menghilang ke dapur. Setelah kembali ke ruang tengah rumahnya dia meletakkan teko, gelas dan sepiring getuk bertabur parutan kelapa. "Aku juga membuat masakan istimewa untukmu.  Ayam bakar dan lalapannya."
"Aku mendapat tugas berat dari Prabu Brawijaya," Prabangkara berbicara pelan sesudah meneguk minumannya beberapa kali.
"Tugas apa ?" selidik istrinya.
Prabangkara tidak menjawab. Pandangannya menerawang jauh seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia ragu menceritakan tantangan raja kepada istrinya. Khawatir akan menjadi pembicaraan banyak orang. Istrinya kecewa tidak mendapat jawaban yang diharapkan. Kembali dia mengkhawatirkan suaminya setelah menduga-duga tugas apa sebenarnya yang diberikan raja kepada seorang pelukis.
Malamnya menjelang tidur, istrinya kembali bertanya dan lagi-lagi Prabangkara hanya membisu. Keesokan harinya, seorang utusan datang dari kerajaan. Dia membawa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melukis. Â
Kain selebar satu meter yang dipigura dan pewarna alami berbahan tumbuh-tumbuhan yang diletakkan dalam mangkok-mangkok porselin bertutup bulat. Pada saat itu barulah istrinya tahu tugas apa yang diberikan Prabu Brawijaya kepada Prabangkara.
"Jangan ganggu aku!" Prabangkara memohon kepada istrinya ketika dia masuk ke ruangannya untuk mulai melukis.
Sepanjang hari itu dia hanya ke luar untuk makan dan mandi. Istrinya menahan diri agar tidak tergoda memasuki ruangan ketika suaminya sedang mandi. Dia sungguh penasaran ingin tahu apa yang dilukis suaminya.Â
Kenapa suaminya merahasiakan lukisan itu darinya? Apakah itu yang dimaksud dengan tugas berat dari raja? Apa yang dilukis Prabangkara ? Dia terus bertanya-tanya hingga malam tiba.
Di dalam ruangan itu Prabangkara sudah melukis wajah permaisuri dengan ketelitian tinggi. Guratan alis yang melengkung laksana bulan sabit bisa dibuatnya dengan mudah. Begitu pula bentuk hidung dan bibirnya. Wajah cantik permaisuri telah dipindahkan ke atas kain. Â