"Besok lukisan itu sudah selesai," dia mengabarkan berita gembira kepada istrinya.
"Syukurlah, kamu diberi kemudahan menyelesaikannya," puas dan bangga terdengar dari ucapan istrinya.
Ketika hari yang dinantikan itu tiba, Prabangkara menyiapkan selembar kain untuk membungkus lukisannya. Â Sebelum membungkusnya, dia kembali meneliti setiap bagian lukisannya.Â
Namun dia tidak menyadari ada kotoran cicak yang menempel di pantat permaisuri. Tanpa memperhatikan titik hitam di pantat permaisuri, dia membungkus lukisannya dengan hati-hati.
Kereta kuda dari istana telah menunggunya di halaman rumahnya. Prabu Brawijaya telah mengutus orang kepercayaannya untuk menjemput Prabangkara. Sesampainya di istana, orang itu juga yang mengantarkan Prabangkara langsung menghadap raja. Kemudian dia segera pergi meninggalkan Prabangkara hanya berdua dengan sang raja.
Prabu Brawijaya tak sabar ingin segera membuka bungkusan lukisan yang dibawa Prabangkara. Sebaliknya Prabangkara mulai gelisah dan khawatir jika lukisannya tidak seperti yang diharapkan rajanya. Sambil menahan napas, dia menyerahkan lukisannya. Segera Prabu Brawijaya  membuka kain pembungkus lukisan. Â
Meneliti setiap bagian tubuh permaisuri yang dicintainya. Sampai pada bagian pantat yang hitam wajahnya langsung memerah menahan amarah. Bagian tubuh permaisuri yang tersembunyi itu pun berhasil dilukisnya dengan sempurna. Tatapan curiga diarahkan kepada si pelukis yang berdiri di hadapannya. Dari mana dia tahu ada tahi lalat di pantat istriku?
"Kamu memang pelukis yang hebat," kalimat itu yang ke luar dari mulutnya. "Tanpa melihat permaisuri, kamu berhasil melukisnya tanpa busana dengan sempurna. Ini betul-betul luar biasa."
Prabangkara merasa tidak enak mendengar ucapan Prabu Brawijaya. Itu bukan kalimat pujian biasa. Ada sesuatu yang disembunyikan dalam kalimat itu. Dia mulai takut jika lukisan itu membuat rajanya tidak berkenan. Tetapi dia tidak tahu apa penyebabnya. Dia juga tidak berani bertanya atau minta pendapat Prabu Brawijaya tentang lukisannya.
"Datanglah ke  lapangan di depan istana besok pagi. Bawalah semua peralatan melukis dan juga pahat yang kamu gunakan untuk mengukir kayu!" perintah Prabu Brawijaya.
"Ada tugas baru lagi untuk hamba Baginda ?" Prabangkara bertanya dengan heran.