Merope terkejut dan menengadah. Sesosok laki-laki tegap dan gagah berdiri di sampingnya.
“Aku….. tersesat,” jawab Merope.
“Dimana tempat tinggalmu ?” tanya orang itu.
“Mmm.....aku..… tidak ingat,” Merope tak tahu harus mengatakan apa.
“Tidak ingat ? Jadi…. kau tidak ingat bagaimana kau bisa berada di hutan ini ?”
Merope berpikir cepat. Kalau ia katakan sedang mencari sayapnya yang hilang, pasti akan terdengar aneh. Tetapi di sisi lain ia juga berpikir orang ini mungkin nanti bisa membantu mencarikannya. Ia sepertinya bisa dipercaya.
“Aku…… sedang mencari benda milikku yang hilang. Tapi aku lupa benda apa itu,” jawab Merope akhirnya.
“Oh… begitu. Kalau…. namamu ? Apa kau ingat namamu ?” tanyanya lagi.
“Ya…..” Merope menatap bulan yang bersinar sambil mengingat-ingat aplikasi terakhir yang dibacanya di atas pesawat tadi, ”Aku ingat. Namaku….. Nawangwulan.”
“Nawangwulan ? Namamu indah sekali,” sahut laki-laki itu.
”Namaku Jaka. Jaka Tarub.”