Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minema ( misteri ) part-2

29 Oktober 2015   09:43 Diperbarui: 10 Oktober 2016   12:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kakek menunduk memandang wajah Andri beberapa saat. Perlahan-lahan tatapan kosongnya mulai berubah. Tangan keriputnya yang gemetar terangkat dengan susah payah berusaha menyentuh wajah Andri. 

“An.. dri…?” ucap kakek hampir tak terdengar.

“Ini… ini benar ayah ?” Andri mendekatkan wajahnya ke wajah kakek. Mengamati lekat-lekat. 

Kakek tak menjawab. Hanya menggerak-gerakkan mulutnya yang kaku sambil menatap wajah Andri. 

“Ayaah ! Ayah kenapa jadi begini ??” Andri berteriak histeris dan langsung  memeluk tubuh kakek erat-erat. Kakek dengan tulang-tulang ringkihnya yang kaku karena tak pernah digerakkan juga merentangkan lengannya sebisa mungkin berusaha memeluk Andri.

“Ann... drii..... ken... napaa.... kessinnii....ay...yah.....sudd...dah..... kir...rim.. pes...san...” kakek berucap susah payah. Butir-butir air mata terlihat menetes dari kedua matanya. Andri juga terlihat terisak-isak di pelukan kakek.

Aku yang semakin tak mengerti segera menyentakkan cengkeraman tangan Agung sampai lepas dan melangkah maju.

“Ibu ! Apa maksudnya ini ? Mana mungkin kakek adalah ayahnya Andri ?” tanyaku dengan suara keras. Ibu hanya diam menunduk.

“Ndri ! Masa dia ayah kamu ? Bagaimana sih ? Dia ini kan kakekku !” kutarik bahu Andri yang masih berada di pelukan kakek. Andri menoleh. Air mata terlihat mengalir di kedua pipinya. 

“Siapa kamu ?” tanya Andri dengan ekspresi heran. “Beliau ini memang ayahku kok !”

Aku terkejut.  Andri tidak mengenaliku ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun