Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minema ( misteri ) part-2

29 Oktober 2015   09:43 Diperbarui: 10 Oktober 2016   12:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

 

“Woww…,” Andri berseru takjub setelah menyibak sulur-sulur pohon yang menjuntai sampai ke tanah. Dibaliknya nampak sebuah jalan masuk bagaikan terowongan alam yang diapit oleh deretan pepohonan rimbun yang menembus jauh ke dalam hutan.  “Ini jalan menuju ke desa kamu Sar ?”

Aku mengangguk agak malu. Malu karena akhirnya nekat mengundang Andri datang ke sini. Sepulang kuliah tadi aku sudah menceritakan kepada Andri pengalamanku sewaktu melihat cahaya yang beterbangan di puncak gunung beberapa waktu lalu.  Juga kejadian menghebohkan saat aku dikejar-kejar makhluk itu di sungai semalam. Dan Andri yang merasa sangat tertarik kemudian setuju untuk datang dan melihatnya sendiri.

"Hebat. Jalan masuknya sama sekali tidak terlihat dari luar ya,” ujar Andri terkagum-kagum, “ kalau kamu nggak menunjukkannya, pasti aku nggak akan bisa tahu lho.” 

Hebat ? Tunggu saja sampai kamu melihat desaku dengan segala keterbelakangan pola pikir penduduknya Ndri, batinku murung. 

Lalu kami masuk dan memulai perjalanan. Aku merasa sedikit tegang. Sementara Andri nampak cukup tenang meskipun aku tahu ia pasti juga merasakan suasana yang aneh sejak memasuki jalan setapak ini.

“Berapa jauh kira-kira panjang jalan ini Sar ?” tanya Andri.

“Mm… berapa ya….. sekitar seratus meter lebih mungkin,” jawabku sedikit ragu. Aku tak pernah merasa perlu untuk mengukurnya.

“Sepertinya disini memang jarang dilewati orang ya. Terlihat dari ranting-ranting dan dedaunan kering yang banyak menumpuk di tanah, tidak banyak bekas injakan diatasnya.”

“Iya Ndri. Kan memang cuma aku yang pergi kuliah ke kota. Warga desa lain tidak ada yang perlu pergi keluar. Mereka semua tidak mau menerima modernisasi. Kegiatan sehari-hari mereka hanya bertani dan berkebun saja,” jelasku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun