Dengan gemetar kuganti bajuku yang basah tanpa mandi lagi dan langsung berbaring di tempat tidur. Pikiranku berkecamuk.
Apakah cahaya itu sudah berhenti mengejarku tanpa kusadari saat aku masuk ke wilayah perumahan penduduk ? Dan perasaan seperti diikuti itu hanya sugestiku saja karena ketakutan ? Atau memang makhluk itu hanya memperlihatkan diri kepadaku saja ?
Malam telah larut ketika aku terbangun. Samar terdengar suara orang-orang sedang mengobrol pelan diluar kamar. Sepertinya suara ibu yang sedang bicara dengan seorang laki-laki. Siapa ya…?
“Tapi ini sulit ...,” kata ibu.
“Ya ya…. memang sulit. Tapi tolonglah diusahakan, supaya warga desa tidak semakin resah. Dan ini demi kebaikan Sari juga.”
Itu suara Pak Kepala Desa. Dan apa yang ia maksud dengan : ini demi kebaikanku juga? Memangnya apa yang sudah membuat orang-orang desa menjadi resah?
“Sejak dulu dia memang mudah terpengaruh dan sering berkhayal….,” lanjut ibu pelan.
Apa ?? Ooh jadi ibu tidak percaya dengan kejadian yang kualami di sungai tadi ? Aku dianggap cuma berkhayal ? Dan untuk apa sih, sampai Pak Kepala Desa ikut-ikutan mengurusi urusanku ?
Tak lama kemudian terdengar Pak Kepala Desa berpamitan pulang. Kupaksakan diri untuk memejamkan mata. Besok, aku akan bertindak. Aku tidak mau dianggap orang aneh lagi di desaku sendiri, tekadku. Aku akan membuktikan kepada semua orang bahwa hantu bercahaya itu benar-benar ada.