“Ehm, maaf mengganggu,” Andri membalas dengan sopan. “Nama saya Andri. Saya datang kesini ingin mencari informasi tentang ayah saya yang hilang di gunung ini sekitar empat bulan yang lalu.”
Terdengar gumaman pelan dari orang-orang yang berdiri di belakang.
“Boleh saya tahu siapa namanya dan berapa usianya ?” tanya Pak Kepala Desa lagi.
“Namanya Bapak Sardi. Usianya 45 tahun,” jawab Andri.
Terdengar gumaman-gumaman lagi. Kali ini lebih keras. Ibu menunduk sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Pak Kepala Desa mengangkat tangan sedikit untuk meredam keributan di belakangnya.
“Kalau begitu, mari silahkan ikut saya,” ajaknya dengan ramah kepada Andri,” Kita berbincang-bincang sebentar."
Andri mengangguk.
“Hei, tunggu !” protesku keras. “Apa-apaan ini ? Ibu, ada apa ini ?”
Ibu diam saja tak mau melihat kearahku. Pak Kepala Desa menoleh kearahku dan berkata, “Sari ikut juga ya." Lalu berjalan mendahului.
Ibu berjalan sambil menunduk di belakang Andri. Yang lain mengikuti tanpa berkata apa-apa. Suasananya sangat kaku dan aneh.
Aku berjalan di samping Agung sambil tak henti-hentinya berbisik meminta penjelasan. Tapi Agung terus menggeleng, menolak untuk menjawab sambil tetap menggenggam tanganku erat-erat. Kuperhatikan Andri yang berjalan dengan tenang sambil sesekali menyeka keringat yang bercucuran di wajah dan lehernya. Kenapa Andri tidak menoleh sedikitpun kepadaku ? Apa yang terjadi ?