Tapi ya sudahlah, aku menikmatinya walau hanya dengan memandang. Memandang orang yang membuatmu kelu tanpa alasan itu adalah berkah, mungkin berkahku hari itu cukup di situ.
Perempuan ini kemudian pergi, tiba-tiba kekeluan itu berlanjut menjadi kecewa.
“Aaahh, sial”, mengumpat tanpa tau siapa yang harus di umpat. Ku bertanya pada si Kiko, "siapa tuh?". Kiko menjawab ketus, "kenape lue, naksir ya? kakakaka, namanya Tantri".
Aku berusaha datar, tapi hatiku tersenyum, ceria. Namanya Tantri. Baiklah Tantri, kupatri erat-erat namamu di hatiku, uppss maaf, kupatri di otakku.
Apa yang terjadi padaku hari itu? Apakah beku-ku mencair hanya dengan melihat perempuan yang bahkan namanya-pun baru kukenal.
Meminjam istilah ilmu Matematika, mungkin ini yang disebut “Keberuntungan Pemula Tapi Apes Pangkat Sepuluh, pening Kawan”.
Waktu merayap, hati kembali ke asal, beku. Andai kamu tahu, percayalah Kawan dinginnya kutub antartika tak sedingin kebekuan hati ini, beku yang berlapis 7 pekat.
Hari berlalu, tiba-tiba semesta memberi kejutan. Semesta memberi jawaban atas 'kemisteriusan' atas Tantri, pertemuan tak terduga dengan Tantri kembali terjadi. Kali ini lebih intens dan itu membuatku girang alang kepalang. Intensitas pertemuan yang terjadi karena tak sengaja kami punya hoby sama, tergabung dalam 1 komunitas serupa.
Ahaii, seperti anak muda umumnya, berbunga-bungalah hati ini, berbunga tanpa mengenal musim, tidak seperti bunga Sakura yang walaupun indah dia tidak berbunga sepanjang tahun. Kawan, bayangkan, hatiku mendadak berbunga-bunga sepanjang hari, ajaib kan?
Pertemuan intens, kemudian punya kesempatan untuk mengamati dengan dekat, curi-curi pandang, tiba-tiba aku tersenyum sendiri yang tak tahu kenapa aku tersenyum. Jangan kamu bayangkan aku tersenyum di mulut ya, yang tersenyum itu hatiku Kawan, indah kan?
Pertemuan, kemudian aku bertanya pada diriku sendiri, "haii, ada apa denganmu Ata?". Merenung.