Mohon tunggu...
Yasyifa Mumtaz
Yasyifa Mumtaz Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 5

Mipa 5

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak Didikan Desa

15 Februari 2021   14:50 Diperbarui: 15 Februari 2021   15:14 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tema : Inspiratif

Nama : Yayifa Mumtaz

Kelas : 12 MIPA 5

Namanya Muhammad Ari Prasetya, sering dipanggil Ari, ia berumur 18 tahun. Ia anak tunggal dari keluarga kaya raya, ayahnya seorang pengusaha batu bara dan ibunya seorang manager salah satu bank terkenal di Indonesia. Ari sangat disayangi dan dimanja oleh kedua orangtuanya. Saat ini ia baru saja lulus bangku SMA, ia mendapat nilai yang kurang memuaskan, karena terlalu dimanjakan oleh orangtuanya ia kadang bersikap seenaknya, sebenarnya dibandingkan dengan Ayahnya, Ibunya lah yang lebih memanjakannya, walaupun Ayahnya selalu memberikan apa yang ia inginkan, tetapi Ayahnya berharap bahwa suatu hari nanti anaknya akan menjadi anak yang sukses, mandiri, bertanggung jawab dan dapat melanjutkan bisnisnya. Merasa gagal disini, Ari berniat untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, Ari berharap disana ia bisa menjadi lebih baik dan dapat membanggakan kedua orangtuanya, tetapi Ibunya menentang hal itu, ia khawatir dan merasa jika putranya tinggal disana maka hidup putra nya akan hancur, kehidupan disana dan kehidupan yang dijalani disini sangat jauh berbeda, belum lagi ia tidak bisa mendampingi putranya disana, selama ini ia tak pernah jauh dari putranya walaupun sibuk dengan pekerjaannya tetapi ia selalu berusaha untuk selalu berada disamping putra satu satunya itu

 "Nak, apakah kamu yakin untuk pergi ke luar negeri demi melanjutkan pendidikanmu? Sebenarnya itu bagus, kamu akan mendapatkan banyak pengalaman baru disana, tapi kami sangat khawatir kami tidak bisa ikut kesana menemani mu, kamu akan tinggal sendirian disana, apakah kamu sanggup?" tanya ibunya yang sangat khawatir padanya.

"Ayah akan mewujudkan keinginanmu untuk belajar di luar negeri, tetapi dengan satu syarat." Ucap ayahnya.

 "Apapun syaratnya akan aku lakukan." Ucap Ari dengan percaya diri.

"Selama ini Ayah selalu memberikan apapun yang kamu inginkan kan?, kali ini Ayah ingin kamu memberi 1 tahun dalam hidup kamu untuk permintaan Ayah ini."

Sejenak Ari terdiam dan berfikir apa yang akan diminta oleh Ayahnya,

"Ayah ingin kamu pergi jauh dari sini, ke tempat yang sudah Ayah siapkan, Ayah hanya minta 1 tahun dalam hidup kamu, Ayah ingin kamu tinggal disana, dan ketika waktunya telah habis Ayah akan menjemputmu kembali kemari."

"Ayah, apa maksud perkataan Ayah? Kenapa Ayah tidak meminta persetujuan Ibu terlebih dahulu?" tanya Ibu Ari pada suaminya itu

Ayahnya mengabaikannya dan langsung menatap Ari, Ari pun tidak bisa menolak permintaan Ayahnya, ia merasa malu jika menolak permintaan pertama Ayahnya ini, selama ini ia selalu meminta sesuatu pada Ayahnya dan ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia pun hanya bisa pasrah dengan keputusan Ayahnya. Ia pun pergi ke kamarnya, saat ia sedang berkemas barangnya Ayahnya datang dan menghampirinya

"Jangan membawa apa apa selain baju mu, jangan bawa ponsel, jam tangan, atau apapun itu selain pakaian."

Ari terdiam dan menuruti permintaan Ayahnya itu. Saat hendak pergi Ayahnya memberinya uang sebesar Rp.500.000 untuk biaya 1 tahun tinggal disana. Ari merasa jika ia akan tinggal ditempat terpencil maka 500ribu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama 1 tahun disana. Setelah berkemas, Ari keluar dan berpamitan kepada orangtuanya, Ibunya sebenarnya tidak setuju putra nya harus pergi jauh dari nya apalagi dalam keadaan sendirian dan hanya membawa pakaian dan uang, tetapi apa boleh buat suaminya sudah memutuskan hal ini dan ia tidak bisa menentangnya. Ayahnya memanggil supir pribadi nya untuk mengantar Ari, Ari pergi sendirian tanpa ditemani kedua orangtuanya.

 Saat diperjalanan Ari berpikir "Apa yang akan aku lakukan disana?" "Apakah aku akan baik baik saja disana?" "Siapa yang akan mengurusku disana?" tapi pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak Ari adalah "Apa maksud Ayah melakukan ini padaku? Apa ia mengusirku karena aku tidak bisa menjadi anak yang ia inginkan?" semua kebingungan itu membuatnya lelah, ia pun tertidur. Perjalanan kesana membutuhkan waktu setidaknya 18jam.

Sesampainya disana Ari terbangun dan melihat sebuah desa kecil dibawah gunung dekat dengan hutan, wilayah tersebut terlihat asri karena dikelilingi hutan dan ladang pertanian. Saat Ari keluar dari mobil, semua penduduk desa tersebut memandangi nya dengan tatapan aneh sembari berbisik bisik tak jelas, Ari menghampiri salah satu penduduk dan bertanya

"Permisi, dimanakah aku bisa tinggal?"

penduduk itu pun menjawab "Kau harus melapor kepada Kepala Desa terlebih dahulu, rumahnya terletak di ujung dekat sungai, kau bisa mudah menemukannya karena rumahnya adalah rumah terbesar disini."

"Baik, terimakasih" ucap Ari

Ari pun pergi menuju rumah kepala desa tersebut, saat diperlajanan kesana Ari melihat sekeliling desa. Desa ini cukup luas, dengan ladang pertanian yang mengelilingi nya dan warga nya yang hidup dengan damai, banyak sekali anak kecil sedang bermain permainan tradisional, walaupun rumahnya masih terbilang tradisional dam kuno karena terbuat dari kayu, daun dan serabut serabut tetapi masyarakat disana tampak nyaman dengan rumah mereka. Saat pandangannya sibuk berkeliling, seorang anak kecil menabraknya dan membuat koper miliknya jatuh dan pakaiannya berseliweran kemana mana. Saat ia hendak membereskan pakaiannya tiba tiba bayangan seorang lelaki datang dan membantunya membereskan barang barangnya.

"Terimakasih." Ucap Ari setelah pria itu membantu membereskan barang barangnya

"Sama sama, ngomong ngomong aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apa kamu penduduk desa lain? Atau orang kota yang tersesat? Dari pakaianmu sepertinya kamu bukan berasal dari daerah sini, kamu orang kota kan?" tanya pria yang membantunya tadi

Ari bingung harus menjawab apa, jika ia bilang diusir oleh Ayahnya kemari maka ia mungkin akan dikucilkan dan diejek oleh penduduk desa seumurannya, tetapi jika ia bilang dia berasal dari desa lain mungkin tidak masuk akal juga, apalagi dengan pakaian dan koper mewahnya itu, orang desa tidak akan mungkin mempunyai itu.

"Iya, aku berasal dari kota, aku kemari untuk memenuhi tugas kuliahku dengan tinggal diperdesaan selamaa... selama 1 tahun." Jawab Ari terbata bata

Pria itu langsung percaya dengan perkataan Ari "Wah, ternyata benar kamu orang kota, tetapi apa benar selama itu untuk memenuhi tugas kuliahmu? Tapi tunggu, apa itu kuliah? Kami disini hanya berpendidikan paling tinggi SMA."

"Tunggu, disini ada sekolah?" tanya Ari kebingungan, pikirnya desa seperti ini tidak mengenal pendidikan, apalagi di wilayah terpencil seperti ini siapa yang akan mengajar mereka

"Eitss jangan salah, tentu saja adaa. Kepala desa, dan istrinya lah yang mengajari kami, kami bergantian seminggu sekali untuk untuk belajar, seminggu untuk anak SD, seminggu untuk SMP dan seminggu kemudian untuk SMA. Aku sangat menyukai Kepala Desa, ia pintar, baik dan bijaksana. Jika tidak ada dia mungkin di desa ini tidak akan ada pendidikan. Oh iya, namaku Tio dan disana yang sedang memberi makan kambing adalah kakak ku Dio, dia adalah tangan kanan Kepala Desa." Ucap Tio sembari menunjuk ke arah Dio, kakaknya yang berada tak jauh darinya.

"Namaku Ari, kalau begitu bisakah kau mengantarku kerumah kepala desa?"

"Baik, akan ku tunjukan" ucap Tio sebari menunjukan jalan

Mereka berjalan berdampingan dan sampailah di rumah Kepala Desa. Rumahnya sama seperti rumah yang lainnya hanya saja lebih besar dan luas karena digunakan untuk mengajar anak anak di desa tersebut. Saat Ari hendak masuk, Kepala Desa tersebut keluar dan melihat Ari, lalu ia bertanya

"Tio, siapa lelaki yang kau bawa kerumahku?" tanya Kepala Desa pada Tio

"Oh dia Ari, Pak. Dia akan tinggal disini untuk memenuhi tugas kuliahnya selama 1 tahun dan dia butuh tempat tinggal Pak" jawab Tio menjelaskan

 Kepala Desa itu sudah berumur, rambutnya sudah memutih semua tetapi ia sangat gagah, tinggi dan tidak bungkuk, perawakan Kepala Desa mirip sekali dengan Ayahnya hanya saja rambut Ayahnya masih seutuhnya hitam, Ari dapat menyimpulkan bahwa Kepala Desa memang sosok yang baik dan bijaksana, Ari pun langsung memperkenalkan dirinya

"Halo Pak, nama saya Ari, seperti yang sudah dijelaskan Tio, saya kemari karena tugas kuliah saya dan saya membutuhkan tempat tinggal disini" ucap Ari

"Baik kalau begitu, mari ikut saya. Tio kamu bisa membantu kakakmu diladang." Ucap Kepala Desa

Tio pun mengiyakan ucapan Kepala Desa, ia pun pergi. Lalu Ari mengikuti Kepala Desa untuk pergi ke tempat tinggal Ari. Kepala Desa tidak menanyakan lebih lanjut mengenai tugas kuliah Ari, karena desa ini sudah terbiasa didatangi remaja seperti Ari untuk menyelesaikan tugas kuliah mereka, bahkan turis asing pun pernah mampir kemari. Sesampainya disana Ari melihat tempat tinggal nya, sama seperti rumah lainnya yang terbuat dari kayu, dedaunan dan serabut tetapi hanya ada kasur, meja dan kursi dirumahnya tanpa ada dapur ataupun televisi. Keadaannya sangat jauh berbeda dengan keadaan rumahnya di kota. Ari pun berterimakasih pada Kepala Desa karena telah memberikan tempat tinggal untuknya

"Terimakasih Pak, saya akan menggunakan rumah ini sebaik mungkin"

"Sama sama nak, tapi kamu harus membayar uang sewa, karena kamu termasuk turis maka uang sewa sebesar Rp.80.000 per bulan, jika kamu akan tinggal selama 1 tahun maka kamu harus menyiapkan uang sekitar Rp.960.000 tidak perlu khawatir mengenai makanan, kami akan memberi mu makanan yang kami buat dan itu gratis, mungkin kamu akan bertanya kenapa kamu harus membayar uang sewa disini. Itu karena uang sewa yang kamu bayar akan digunakan untuk membeli peralatan sekolah anak anak disini, uang itu bukan untuk keuntungan saya, saya menjelaskan ini agar kamu tidak salah paham terhadap saya." Ucap Kepala Desa menjelaskan.

Ari pun terdiam dan berpikir, ia hanya mempunyai uang Rp.500.000 uang yang ia miliki sangat kurang untuk membayar uang sewa selama 1 tahun, Ari pun bertanya apa yang bisa ia lakukan agar ia memperoleh uang disini.

"Pak, apakah ada hal yang bisa saya lakukan agar saya mendapatkan uang? Uang yang saya bawa rupanya tidak cukup untuk membayar uang sewa disini." Ucap Ari merasa sedih

Kepala Desa pun memberi nya saran "Kau bisa bekerja membantu penduduk disini, seperti bertani, memberi makan kambing dan sapi, membersihkan kotoran sapi, menanam sayuran, dan masih banyak lagi. Setiap orang disini bekerja demi memenuhi kebutuhan mereka, jika kamu bekerja mereka akan membayarmu karena kamu telah membantu mereka."

Ari tidak pernah membayangkan ini sebelumnya, ia pikir ia hanya perlu tinggal dan diam disini selama 1 tahun, ia tidak pernah membayangkan dirinya akan bekerja ditempat seperti ini, dirumahnya ia tidak pernah bekerja sekalipun bahkan mencuci sepatu nya pun ia tak pernah karena ada banyak pembantu dirumahnya sehingga ia hanya diam, bermain dan berkeliaran setiap harinya. Ia mengiyakan perkataan Kepala Desa dan ia siap untuk bekerja besok pagi.

Malam ini adalah malam yang berbeda bagi Ari, ia sudah merindukan kedua orangtuanya, ia terus membayangkan 1 tahun kedepan hidupnya akan terus seperti ini, beradaptasi dengan orang baru, lingkungan baru, suasana baru. Tanpa ia sadari ia belum makan sesuap pun selama ia datang ke desa ini. Lalu tibatiba seseorang membuka tirai rumahnya, setiap rumah disini tidak memiliki pintu hanya menggunakan tirai kain jadi siapapun bisa bebas masuk kedalam rumah. Istri Kepala Desa datang, ia membawakan Ari makanan yang ia masak.

"Kamu Ari kan? Orang kota itu? Wah kamu tampan ya, aku membuat sup ayam untuk mu, kau belum makan kan sejak datang tadi siang? Makanlah kamu pasti kelaparan." Ucap istri Kepala Desa itu sebari memberikan sup ayam pada Ari

"Terimakasih, Bu" ucap Ari berterimakasih dan langsung memakan masakan istri Kepala Desa itu.

Setelah selesai makan, Ari langsung tertidur seperti diberi obat bius. Ia sangat lelah menghadapi hari ini. Istri Kepala Desa pun membawa mangkuk sup yang telah habis dimakan Ari dan ia pun pulang meninggalkan Ari yang sudah tertidur pulas.

Istri Kepala Desa bernama Bu Riani, sering dipanggil Bu Ani. Ia seorang yang berhati lembut dan baik, semua penduduk disini sangat menyayangi dan menghormatinya. Ia selalu memasak bersama para perempuan didesa untuk makan bersama.

Keesokan harinya saat mentari baru saja terbit, Ari dikejutkan dengan kedatangan Tio yang mengajaknya untuk membantu para petani menanam padi.

"Ariii, bangun Arii ini sudah pagii kita harus bekerja!" ucap Tio sambil berusaha membangunkan Ari

"Apa yang kau katakan Bibi, mengapa suaramu terdengar seperti lelaki seumuranku? Pergilah aku tidak mau bekerja, aku sangat lelah dan akan tidur seharian" balas Ari yang masih terlelap dalam tidurnya

"Apa yang kau katakan? Ini aku Tio, bukan Bibimu! Saat matahari terbit kita harus memberi makan kambing dan sapi! Cepat bangunlah bukankah kau membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah ini?!" ucap Tio mulai kesal

Saat mendengar kata "UANG" ia langsung bangun dan terkejut, ia berfikir apa yang terjadi kemarin adalah sebuah mimpi. Ketika ia bangun ia melihat Tio berpakaian seperti seorang petani lengkap dengan topi dan cangkul. Ari menghela nafas dan merasa sedih bahwa yang ia alami kemarin bukanlah sebuah mimpi

Tio menyuruh Ari mengganti pakaiannya dengan pakaian petani yang sudah ia siapkan. Ari pun hanya bisa pasrah dan menuruti ucapan Tio. Tio keluar untuk menunggu Ari berganti pakaian, saat Ari keluar ia tak menyangka bahwa Ari masih terlihat tampan walaupun menggunakan pakaian lusuh seperti itu

"Wahh, aku tidak percaya ini! Bagaimana bisa seseorang terlihat sangat cocok menggunakan pakaian petani!" ucap Tio sambil menggoda Ari

"Sudahlah, ayo pergi!" ucap Ari dengan terpaksa

Saat sampai di sawah, semua penduduk menatap Ari. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka sangat terpesona dengan Ari yang sangat tampan memakai pakaian dan topi petani. Tetapi ada satu orang yang tidak menyukai Ari, yaitu Dio kakak Tio yang merupakan tangan kanan Kepala Desa. Semenjak Ari datang kemarin, ia mencuri perhatian penduduk desa terutama kaum hawa yang terpesona dengan ketampanan Ari, ia merasa tersaingi karena sebelumnya ia lah yang paling tampan di desa ini. Dio memandang Ari dengan tatapan sinis, tetapi Ari tidak menghiraukannya karena ia disini demi mendapat uang bukan untuk bersaing dengan penduduk lain.

Saat yang lain memulai pekerjaannya, Ari hanya bisa terdiam kaku karena dia tidak tahu cara bertani, bahkan ini kali pertamanya memegang sekop, masuk kedalam sawah dan menanam padi. Dio yang melihat kejadian itu, tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengejek Ari

"Halah, percuma ganteng doang, beginian aja gak bisa! Kalo dibandingin kerbau sama si Ari, masih pinteran kerbau!" ucap Dio mengejek Ari

Teman teman Dio tertawa mendengar ucapan Dio, tapi Ari tidak menghiraukannya. Ia tetap belajar cara bertani pada penduduk yang lebih senior. Mendengar ucapan kakaknya itu, Tio merasa tidak enak pada Ari, ia meminta maaf tapi Ari berkata bahwa itu bukan salahnya dan Ari sendiri pun tidak peduli dengan ucapan Dio.

Setelah selesai bertani, Ari melanjutkan pekerjaannya dengan memberi makan dan membersihkan kotoran sapi dan kambing. Baru saja masuk kandang, Ari sudah terbatuk batuk dan mual menghirup bau kotoran sapi dan kambing. Tentu saja ini merupakan kesempatan lagi bagi Dio untuk mengejek Ari

"Laki kok alay sih, laki atau banci! Hahahaha..." ucap Dio diikuti oleh tawa teman temannya

Tio yang mendengar hal itu merasa sangat malu dengan kelakuan kakaknya, ia terus meminta maaf pada Ari tapi lagi-lagi Ari berkata kalau itu bukan kesalahan Tio. Tio membantu Ari untuk memberi makan dan membersihkan kotoran sapi dan kambing. Dengan menahan bau dan rasa mual nya Ari berusaha untuk menyelesaikan tugas ini demi mendapat uang untuk biaya sewa nya disini.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12.00 , wajah Ari penuh dengan lumpur dan badannya bau kotoran sapi dan kambing. Selesai pekerjaannya, ia langsung membersihkan diri di toilet umum.

Setelah membersihkan badannya, ia bersiap untuk makan siang bersama penduduk desa disana. Ari yang merasa kelelahan merasa seluruh badannya sakit sekali bahkan saat berjalan pun kakinya tak sanggup menompang badannya.

 Ia duduk disalah satu rumah warga untuk beristirahat dan meregangkan otot otonya, saat ia sedang sibuk memijit badannya yang kesakitan datang seorang gadis cantik kearahnya

"Apa yang kau lakukan didepan rumahku?" tanya gadis cantik itu kepada Ari

Pesona gadis itu telah membuyarkan pikiran Ari, Ari terdiam dan menatap gadis itu. Lalu Tio datang dan mengejutkan Ari

"Heh! Aku mencarimu kemana mana ternyata disini rupanya kau!" ucap Tio pada Ari

Ari langsung tersadar dari lamunannya, gadis itu masih berada disana menatap Ari

"Eh.. emm.. aku.. eumm.. aku disini untuk beristirahat, apakah ini rumahmu? Maafkan aku aku tidak mengetahuinya, emm.. aku akan pergi sekarang" jawab Ari terbata bata

Gadis itu tersenyum "Tidak apa apa, kau istirahat saja disini, aku akan pergi membantu yang lain menyiapkan makanan"

Ari mengiyakan perkataan gadis itu. Ari langsung bertanya pada Tio siapa gadis tadi

"Tio, kau tahu siapa gadis itu? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya"

"Ohh dia anak Pak Nasuh, Pak Nasuh merupakan tangan kanan Kepala Desa, sama seperti kakak ku. Gadis itu bernama Bunga, seperti namanya dia adalah Bunga Desa yang merupakan gadis tercantik disini. Sudah lama kakak ku menyukainya, tetapi Bunga selalu acuh padanya. Baru pertama kali aku melihat dia berbicara dengan seorang lelaki" ucap Tio pada Ari

Saat dulu disekolah, Ari memang lumayan terkenal karena ia berasal dari keluarga kaya raya dan tampan. Ia pun mengikuti beberapa ekstrakulikuler disekolahnya seperti basket dan sepakbola, walaupun ia bukan termasuk dalam kategori murid cerdas tapi dia merupakan murid yang aktif disekolahnya. Karena itu banyak sekali gadis gadis yang menyukainya, tetapi Ari tidak pernah tertarik dengan mereka, Ari berfikir hubungan seperti berpacaran hanya kesenangan sementara yang akan mengganggu kehidupannya, ia lebih menyukai kebebasan dan menghabiskan waktunya bersama teman temannya.

Makanan pun selesai disiapkan, semua penduduk desa makan ramai ramai ditengah padang rumput dekat ladang. Kepala Desa dan istrinya pun hadir untuk makan bersama, Bu Ani melihat Ari dari kejauhan dan langsung menyuruh Ari untuk segera mengambil makanannya, Bu Ani paham betul apa yang dirasakan Ari, ia pasti kelelalahan setelah bekerja dari subuh pagi. Setelah Ari membawa makanannya, ia duduk di tikar disusul dengan Tio yang duduk disampingnya.

 Disebrangnya ia melihat Bunga yang sedang membagikan air minum pada warga, Ari terus memandangi Bunga, tanpa ia sadari Dio telah memperhatikan gerak geriknya pada Bunga dari saat Ari duduk didepan rumah Bunga. Saat Bunga memberikan air minum pada Dio, dengan sengaja Dio menyentuh tangan Bunga dan Bunga langsung menyeburnya dengan air yang ada ditangannya. Kejadian itu disaksikan oleh seluruh warga desa dan semuanya menertawakan Dio, warga desa sudah tahu bahwa Dio tertarik dengan Bunga, Ari yang secara langsung menyaksikannya pun ikut tertawa dengan kejadian memalukan itu. Dio melirik tajam ke arah Ari yang sedang menertawakannya, tetapi Ari buang muka dan mengacuhkannya.

Malam pun tiba, saat ia hendak beristirahat diatas ranjangnya tiba-tiba Kepala Desa masuk kerumahnya

"Ari, apa kau baik baik  saja setelah bekerja seharian?" tanya Kepala Desa yang sedikit khawatir

"Aku baik baik saja Pak, hanya saja seluruh badanku terasa sakit dan pegal" jawab Ari

"Kamu pasti tidak pernah melakukan ini sebelumnya kan? Makannya badanmu terasa sakit, tidak apa apa besok juga akan membaik. Aku kemari untuk memberi mu upah atas kerja keras yang sudah kau lakukan hari ini" ucap Kepala Desa sebari mengeluarkan sejumlah uang

Ia memberi Rp.10.000 untuk Ari, Ari terkejut pikirnya ia akan diberi upah yang besar atas kerja kerasnya hari ini, tetapi ia hanya diberi uang sebesar Rp.10.000 . Jika ia dirumah, ia akan mendapat uang sehari Rp.200.000 tanpa melakukan apa apa, ia tinggal meminta pada orangtuanya dan mereka langsung memberikannya, tetapi disini ia harus bekerja dari subuh hingga siang dan hanya diberi upah Rp.10.000 . Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan dengan uang Rp.10.000 bahkan ntuk membayar sewa disini pun tidak akan cukup. Ari berfikir jika ia bekerja setiap hari dan mendapatkan uang Rp.10.000 sehari maka dalam satu bulan ia akan menghasilkan uang sebesar Rp.300.000 dan itu lebih dari cukup untuk membayar uang sewa nya

"Terimakasih, Pak. Tapii.. apakah aku boleh bekerja setiap hari untuk mendapatkan uang?"

"Tentu saja, selain mendapatkan uang kau juga meringankan pekerjaan mereka dan mendapatkan ilmu baru disini, dan aku akan memberi upahmu tiap malam, kalau begitu sekarang kau istirahatlah dan bersiap untuk bekerja lagi besok." Jawab Kepala Desa sambil meninggalkan rumah Ari

Ari berterimakasih kepada Kepala Desa dan langsung beristirahat

Keesokan harinya Ari masih terlelap dalam tidurnya karena merasa kelelahan dengan pekerjaannya kemarin. Seperti biasa, Tio datang dan berusaha membangunkan Ari. Saat Ari terbangun Ari masih merasakan sakit didaerah lengan dan kaki nya

"Tio badanku terasa sakit sekali, aku ingin beristirahat hari ini" ucap Ari yang masih berada di ranjangnya

"Ari, bukankah kau memutuskan untuk bekerja setiap hari? Kepala Desa meminta ku untuk menemani mu bekerja setiap hari. Jika kau tidak bekerja hari ini dengan alasan badan mu sakit, kau akan diejek oleh kakak ku Dio dan teman temannya, mereka akan menganggapmu pengecut, apakah kau ingin disebut sebagai pengecut?" ucap Tio pada Ari yang masih berada diatas ranjangnya

Mendengar itu, Ari langsung bangun dan menyiapkan diri untuk bekerja seperti kemarin. Tio yang sudah siap tinggal menunggu Ari diluar rumahnya. Seperti biasa mereka pergi bersama ke sawah untuk memanen padi dan siangnya memberi makan dan membersihkan kotoran sapi dan kambing. Selesai bekerja, seperti biasa Ari membersihkan dirinya di toilet umum, setelah itu ia makan bersama dan istirahat di malam harinya.

Bulan demi bulan sudah ia lewati, ia sudah terbiasa berada disini, untungnya ia mempunyai teman yang sangat baik padanya, Tio yang selalu mendampinginya dan membantunya selama ini. Walaupun ketika malam tiba saat ia sedang terbaring sendiri diranjangnya, ia seringkali memikirkan kedua orangtuanya, ia sangat merindukan mereka. Sudah 10 bulan lamanya Ari berada disini dan ia banyak menghasilkan uang dari kerja kerasnya selama 10 bulan terakhir ini. Hubungannya dengan Bunga pun semakin dekat karena selain Tio, Bunga pun selalu membantu Ari dalam banyak hal. Tentu saja semua itu Bunga lakukan tanpa sepengetahuan Dio, jika Dio tahu mungkin akan terjadi peperangan antara Ari dan Dio.

Di bulan terakhirnya ia disini, seperti biasa tiap pagi ia bekerja hingga siang, tetapi kali ini ia tidak perlu dibangunkan lagi oleh Tio, karena ia sudah terbiasa sekarang. Selesai bekerja seperti biasanya, ia membersihkan badannya, dalam perjalanan ke toilet umum ia melihat Bunga sedang memanen singkong bersama teman teman sebaya nya

"Bunga, lihat.. Ari sedang memperhatikanmu" ucap salah satu teman Bunga

Bunga langsung melirik Ari dan tersenyum ke arah Ari, Ari pun membalas senyum bunga. Ari datang menghampiri dan membantu Bunga membawa singkong hasil panen nya tadi

"Tidak apa apa, aku bisa melakukannya" ucap Bunga pada Ari

"Ini berat, biar aku membantumu membawanya" ucap Ari sambil tersenyum kearah Bunga

Ari pun berjalan berdampingan dengan Bunga, dari kejauhan Dio melihat Ari dan Bunga dan Dio merasa sangat marah, ia pun mendatangi mereka berdua

"Arii! Apa yang kau lakukan pada Bunga? Kenapa kau selalu menggoda nya?! Semua orang di desa tahu bahwa aku menyukai Bunga dan suatu hari nanti aku pastikan ia akan menjadi miliku!" ucap Dio sambil menunjuk nunjuk Ari

"Apa yang kau katakan? Aku tidak akan pernah menjadi milikmu! Lihatlah sikapmu ini! Siapa wanita yang akan menyukai pria seperti ini!" bentak Bunga pada Dio

"Aku tidak pernah menggodanya, aku hanya membantunya, apa itu salah?" jawab Ari dengan nada halus

"Apa kau pikir aku bodoh? Aku tahu selama ini kalian diam diam bertemu! Bunga selalu berada disampingmu dan kau pun sama! Apa kau pikir aku tidak tahu itu!? Aku berusaha untuk diam tapi kalian terus melakukan itu setiap hari!" ucap Dio yang amarahnya semakin menjadi

"Lalu apakah itu salah? Apa aku harus meminta izinmu untuk menemui Ari? Kau bukan siapa siapa bagiku! Bahkan ayahku pun mengizinkan ku untuk menemui dan membantu Ari, lalu apa hubungannya semua ini denganmu? Aku tidak pernah menyukaimu, aku hanya menyukai Ari!." Ucapan Bunga membuat Ari dan Dio terdiam

"Kau menyukai Ari? Hahahahaha.. apa yang kau sukai darinya? Dia hanya anak kota yang tidak biisa melakukan apa apa!" ucap Dio menghina Ari

Ari yang selama ini diam, sudah muak dengan perilaku Dio. Tidak masalah jika Dio menghina atau menjelek jelekannya, tapi ia tidak suka ketika Bunga dibentak oleh Dio

"Cukupp!.. ( ia melemparkan singkong yang ada ditangannya ) diamlah Dio!, caramu berbicaraa menunjukan seberapa rendahnya dirimu! Jika kau berani membentak Bunga lagi aku tidak akan tinggal diam!" bentak Ari yang telah kehilangan kesabarannya

"Oh ya? Orang kota ini ingin menjadi pahlawan rupanya. Baiklah jika kau berani mari bertanding layaknya ayam jantan!. Siapapun yang bisa berenang mengitari sungai dan ia sampai terlebih dahulu maka ia pemenangnya, Jika kau menang maka aku tidak akan menganggu mu lagi dan aku akan merelakan Bunga bersamamu, tapii jika kau kalah kau pergilah dari desa ini dan jangan pernah kembali, tinggalkan juga Bunga bersamaku! Bagaimana apakah kau berani pahlawan kota?" ucap Dio menantang Ari

Ari terdiam dan berfikir. Dia tidak terlalu pandai berenang, jika Dio mengajaknya bertanding berenang berarti Dio pandai dalam hal itu. Tetapi Ari tidak akan menyerah, ia mengiyakan ajakan Dio untuk bertanding renang disungai.

Bunga hanya bisa diam tak berkata, ia bingung harus bagaimana. Yang perlu ia lakukan adalah menyembunyikan hal ini dari semua orang didesa, jika tidak maka akan terjadi keributan yang lebih besar dari ini.

"Baik, mari kita lakukan sore ini" ucap Dio sambil berjalan pergi

Bunga sangat khawatir pada Ari, tetapi Ari meyakinkannya bahwa Ari bisa melakukannya

Sore hari pun tiba, Dio sudah berada di sungai dengan teman temannya. Ari ditemani oleh Bunga dan Tio. Mereka berada jauh dari pedesaan karena tidak ingin ketahuan oleh Kepala Desa.

Dio dan Ari memasuki sungai, dari ekspresi Ari, Dio dapat menyimpulkan bahwa Ari tidak percaya diri dengan pertandingan ini, itu membuatnya lebih yakin untuk memenangkan pertandingan ini.

3...2....1... MULAIII..

Dio memulai pertandingan ini dengan baik, ia berenang dengan cepat dan meninggalkan Ari yang berada dibelakangnya. Ari tidak menyerah, sekuat tenaga ia berusaha menyusul Dio, sampai akhirnya jarak dirinya dan Dio hanya berkisar lima langkah. Dio yang khawatir Ari akan menyusulnya terus melihat kebelakang, tanpa ia sadari batu besar berada tepat dihadapannya

"Diooo.. Awassss!" ucap Ari yang melihat batu besar berada tepat didepan Dio

Saat Dio menoleh kedepan, dia langsung menabrak batu besar itu dan menyebabkan dirinya pingsan. Ari langsung membawanya ke daratan dan menggendongnya kembali ke desa agar diberi penanganan yang benar. Karena badan Dio yang lebih besar dari badan Ari, ia kesulitan untuk membawanya, beberapa kali ia terjatuh akibat membawa Dio yang pingsan. Saat sampai di desa kakinya sudah tidak mampu berdiri, ia terjatuh dan menyebabkan suara kencang yang mengejutkan penduduk desa. Bunga, Tio, dan teman teman Dio pun menyusul Ari dan Dio kembali ke desa.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan Ari dan Dio? Mengapa Dio pingsan?" tanya Kepala Desa pada Bunga dan Tio yang baru sampai di desa

Bunga yang merasa bersalah atas kejadian ini menjelaskan semuanya kepada Kepala Desa. Kepala Desa mendengarkannya dan memahami situasi yang terjadi

"Ari dan Dio berada dirumah saya, mereka sedang beristirahat. Pergilah kunjungi mereka" ucap Kepala Desa

Bunga, Tio dan teman teman Dio pun bergegas kerumah Kepala Desa. Sesampainya disana mereka melihat Dio yang sudah sadar dari pingsan nya dan Ari yang justru pingsan karena membawa Dio kembali ke desa. Kaki Ari terluka karena ia berkali kali jatuh saat membawa Dio. Bunga yang merasa kesal pada Dio langsung mmebentaknya

"Lihat apa yang sudah kau lakukan padanya! Kau membuatnya terluka saat menyelamatkan mu! Ia tidak peduli dirinya terluka, ia hanya peduli kau selamat kembali ke desa! Sekarang kau akan tetap memusuhinya?!" ucap Bunga sangat kesal

Dio hanya bisa terdiam malu, ia merasa bersalah pada Ari

Tak lama kemudian Ari pun sadar, semuanya merasa senang Ari baik baik saja. Dio meminta maaf kepada Ari atas tindakannya

"Ari, maafkan aku, akulah penyebab semua ini terjadi. Aku sungguh menyesal, aku minta maaf. Aku berhutang nyawa padamu, terimakasih telah menyelamatkan ku"

"Tidak apa apa, yang penting kau selamat" balas Ari

Ari dipindahkan kerumah gubuknya agar ia lebih leluasa untuk beristirahat. Bunga dan Tio meninggalkan Ari agar ia bisa beristirahat dengan tenang. Saat Ari  sedang beristirahat tiba tiba datang seorang lelaki berpenampilan rapi memakai jas warna hitam menghampirinya

"Ari, sudah saatnya untuk pulang" ucap pria itu kepada Ari

Ari yang penglihatannya masih samar, mencoba untuk melihat dengan baik siapa yang berada dirumahnya itu, ternyata ia adalah supir yang sama yang mengantarkan Ari kemari tahun lalu

"Pak Hazar? Apa yang Bapak lakukan disini?" tanya Ari terkejut

"Ayahmu menyuruh saya untuk menjemputmu disini, katanya waktumu telah habis dan sudah saatnya untuk pulang" jawab Pak Hazar

Ari tidak menyangka sudah setahun lamanya ia tinggal disini, ia juga tidak menyangka akan pulang dengan kondisi seperti ini, penuh dengan luka. Sebenarnya ia senang dapat kembali ke pangkuan orangtuanya lagi, tetapi bagaimana dengan Bunga dan Tio?

Ari keluar dibantu oleh Pak Hazar, semua penduduk desa berterimakasih pada Ari karena telah berkunjung di desa ini, kedatangan Ari sangat membantu pekerjaan mereka. Walaupun saat pertama Ari datang kemari ia tidak bisa melakukan apa apa, tetapi karena ia diajari oleh penduduk yang lain akhirnya ia dapat melakukan segala hal dengan baik disini.

Sebelum pergi, Ari berpamitan dengan semua penduduk didesa ini, terutama kepada Kepala Desa yang telah mengajarinya banyak hal. Ia pun berterimakasih pada Tio yang selalu membantunya selama ia disini. Tak lupa dengan Bunga, ia berterimakasih pada Bunga karena selalu berada disampingnya dan mendukungnya.

"Bunga, aku berterimakasih untuk banyak hal. Aku minta maaf aku tidak bisa tinggal disini selamanya. Maukah kau ikut denganku ke tempat tinggalku?"

Bunga terkejut dengan ucapan Ari, ia ingin sekali berada disamping Ari, tapi ia tak mungkin meninggalkan keluarganya sendiri disini

"Ari, aku ingin sekali ikut denganmu dan berada disampingmu, tapi ada orangtua yang harus aku urus dan aku memiliki banyak tanggung jawab disini" jawab Bunga

Mendengar hal itu, Ari memahami perasaan Bunga. Ia berjanji akan mengunjunginya setiap akhir pekan. Bunga pun mengangguk dan mengiyakan perkataan Ari, ia akan menunggu Ari sampai Ari kembali

"Jangan khawatir Ri, aku akan menjaga Bunga disini. Tidak akan terjadi apa apa selama aku ada disini" ucap Dio kepada Ari

Ari pun tersenyum dan masuk kedalam mobil, ia melambaikan tangan tanda selamat tinggal dan sampai jumpa pada semua orang. Ia tak menyangka kehadirannya didesa itu meninggalkan kenangan yang indah, walaupun awalnya ia sangat tersiksa disana tetapi lama kelamaan ia sangat nyaman berada disana. Ia mengerti mengapa Ayahnya mengirimnya ketempat seperti itu

Sesampainya dirumah, ia langsung memeluk kedua orangtuanya. Ia mengucapkan terimakasih pada ayahnya. Disana ia mendapatkan banyak pelajaran hidup berharga, mulai dari bagaimana menghargai uang, pentingnya bekerja keras, pentingnya rasa toleransi dan kekeluargaan, dan masih banyak lagi. Ayahnya sangat bangga kepada anaknya itu, walaupun anaknya pulang dengan luka di kakinya tetapi ayahnya bangga cerita dibalik luka itu.

"Nak, apakah kau tahu siapa Kepala Desa disana?" tanya Ayahnya

"Aku tidak tahu namanya, aku hanya tahu kalau dia Kepala Desa disana. Dia sangat mirip dengan Ayah, aku sangat menyukainya" jawab Ari

"Tentu saja dia mirip denganku, dia adalah ayahku, kakekmu"

Ari sangat terkejut dengan ucapan ayahnya, pantas saja Kepala Desa itu sangat baik padanya selama Ari disana, dialah yang mengajari Ari banyak hal

"Aku tidak akan mungkin menempatkanmu ditempat asing dimana aku tidak kenal siapapun. Sehari sebelum kelulusanmu, aku menemui Ayahku untuk membicarakan kedatanganmu. Aku bilang padanya bahwa dia harus mengajari apa yang dia ajari dulu padaku. Sebelum aku memegang perusahaan, ia lebih dulu memimpinnya, saat ia pensiun ia memutuskan untuk pergi ke pedesaan. Karena ia pintar, ia mengajar anak anak disana dan dia dijadikan kepala desa oleh penduduk disana." Ucap Ayahnya

Ari menjelaskan apa saja yang terjadi selama satu tahun terakhir dirinya disana. Banyak hal yang telah terjadi dan mengubah hidupnya. Ari juga mengatakan bahwa ia bertemu dengan seorang gadis disana dan setiap akhir pekan ia akan mengunjungi nya. Ayahnya menyetujui hubungan keduanya, karena ayahnya berfikir gadis desa lebih baik daripada gadis gadis kota. Ari menyetujui pendapat Ayahnya itu.

Satu tahun itu merupakan satu tahun terbaik dalam hidup Ari, ia berubah dari lelaki yang manja, nakal, seenaknya menjadi lelaki yang mandiri, bertanggung jawab dan pekerja keras. Ia akan menuruti keinginan ayahnya untuk menjadi penerus perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun