Ayahnya mengabaikannya dan langsung menatap Ari, Ari pun tidak bisa menolak permintaan Ayahnya, ia merasa malu jika menolak permintaan pertama Ayahnya ini, selama ini ia selalu meminta sesuatu pada Ayahnya dan ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia pun hanya bisa pasrah dengan keputusan Ayahnya. Ia pun pergi ke kamarnya, saat ia sedang berkemas barangnya Ayahnya datang dan menghampirinya
"Jangan membawa apa apa selain baju mu, jangan bawa ponsel, jam tangan, atau apapun itu selain pakaian."
Ari terdiam dan menuruti permintaan Ayahnya itu. Saat hendak pergi Ayahnya memberinya uang sebesar Rp.500.000 untuk biaya 1 tahun tinggal disana. Ari merasa jika ia akan tinggal ditempat terpencil maka 500ribu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama 1 tahun disana. Setelah berkemas, Ari keluar dan berpamitan kepada orangtuanya, Ibunya sebenarnya tidak setuju putra nya harus pergi jauh dari nya apalagi dalam keadaan sendirian dan hanya membawa pakaian dan uang, tetapi apa boleh buat suaminya sudah memutuskan hal ini dan ia tidak bisa menentangnya. Ayahnya memanggil supir pribadi nya untuk mengantar Ari, Ari pergi sendirian tanpa ditemani kedua orangtuanya.
 Saat diperjalanan Ari berpikir "Apa yang akan aku lakukan disana?" "Apakah aku akan baik baik saja disana?" "Siapa yang akan mengurusku disana?" tapi pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak Ari adalah "Apa maksud Ayah melakukan ini padaku? Apa ia mengusirku karena aku tidak bisa menjadi anak yang ia inginkan?" semua kebingungan itu membuatnya lelah, ia pun tertidur. Perjalanan kesana membutuhkan waktu setidaknya 18jam.
Sesampainya disana Ari terbangun dan melihat sebuah desa kecil dibawah gunung dekat dengan hutan, wilayah tersebut terlihat asri karena dikelilingi hutan dan ladang pertanian. Saat Ari keluar dari mobil, semua penduduk desa tersebut memandangi nya dengan tatapan aneh sembari berbisik bisik tak jelas, Ari menghampiri salah satu penduduk dan bertanya
"Permisi, dimanakah aku bisa tinggal?"
penduduk itu pun menjawab "Kau harus melapor kepada Kepala Desa terlebih dahulu, rumahnya terletak di ujung dekat sungai, kau bisa mudah menemukannya karena rumahnya adalah rumah terbesar disini."
"Baik, terimakasih" ucap Ari
Ari pun pergi menuju rumah kepala desa tersebut, saat diperlajanan kesana Ari melihat sekeliling desa. Desa ini cukup luas, dengan ladang pertanian yang mengelilingi nya dan warga nya yang hidup dengan damai, banyak sekali anak kecil sedang bermain permainan tradisional, walaupun rumahnya masih terbilang tradisional dam kuno karena terbuat dari kayu, daun dan serabut serabut tetapi masyarakat disana tampak nyaman dengan rumah mereka. Saat pandangannya sibuk berkeliling, seorang anak kecil menabraknya dan membuat koper miliknya jatuh dan pakaiannya berseliweran kemana mana. Saat ia hendak membereskan pakaiannya tiba tiba bayangan seorang lelaki datang dan membantunya membereskan barang barangnya.
"Terimakasih." Ucap Ari setelah pria itu membantu membereskan barang barangnya
"Sama sama, ngomong ngomong aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apa kamu penduduk desa lain? Atau orang kota yang tersesat? Dari pakaianmu sepertinya kamu bukan berasal dari daerah sini, kamu orang kota kan?" tanya pria yang membantunya tadi