Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Embun Semerah Darah

15 Februari 2016   22:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   09:32 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku belajar banyak dari beliau," ia kembali menatap lekat wajah pria di hadapannya, "kau tidak tahu jejak apa yang kau tinggalkan untuk orang-orang yang kau sisakan nyawanya, darah itu merah____ tapi dendam melebihinya. Lebih..., dari yang kau torehkan!"

Tomi membalas tatapan itu, ia bisa merasakan kepedihan di mata bulat dengan pupil coklat itu, tapi..., ia tak melihat adanya aura dendam di sana. Justru sebaliknya, mata itu begitu menyejukan. Gadis itu menatapnya seolah menawarkan sesuatu. Tubuhnya sedikit terlonjak ketika ia merasakan sentuhan lembut di tangannya, ia tatap tangan mungil yang menggenggam jemarinya. Kenapa gadis itu mau menggenggam jemari orang yang telah merenggut seluruh keluarganya?

"Bisakah kau..., memulai hidup baru?" pintanya, mata Tomi kembali terangkat ke wajah gadis itu. "aku sudah melupakannya semuanya, mungkin... Masih ada waktu..., tersisa untuk kita..., bersama!" harapnya. Tomi membalas tatapan itu dengan kegetiran,

"Aku seorang pembunuh keji, kau tak seharusnya harapkan itu dariku!"

Gadis itu menyimpulkan senyum manis di bibirnya, seolah menghibur, "Bukankah Hittler..., terkenal sebagai diktator yang keji di masanya, tapi dia bisa jatuh cinta pada seorang gadis. Dia juga..., di cintai gadis itu!" kata sang gadis dengan lembut, Tomi melekatkan tatapannya.

"Mereka mati di hari yang sama, di waktu yang hampir bersamaan..., jasab mereka..., juga di bakar bersama!"

"Mereka bunuh diri!" potong Tomi, Bening melebarkan senyum, "setidaknya... Mereka sempat hidup bersama, dan Hittler..., pernah merasa pantas untuk di cintai sebagai manusia biasa____lalu, kenapa kau harus merasa tak pantas?"

"Aku membunuh keluargamu!"

"Dan aku memaafkanmu!"

"Aku seorang penjahat!"

Bening kembali memasang senyumnya, "hanya orang baik..., yang berani mengakui bahwa dirinya jahat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun