Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Embun Semerah Darah

15 Februari 2016   22:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   09:32 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tomi menatap gadis di depannya, ia ingat. Mata itu, adalah mata yang sama yang ia pandangi 14 tahun lalu sebelum ia meletuskan timah panasnya yang terakhir di rumah itu.

"Kau...kau...,"

Tubuhnya sedikit terhuyung.

Gadis itu bangkit dari duduknya, Tomi menjatuhkan dirinya di lantai. Gadis itu melangkah pelan ke arahnya, lalu bersimpuh di sisinya, menatapnya.

"Kau tidak membunuhku saat itu, kau malah membunuh bonekaku. Itu adalah salah satu bukti, bahwa masih ada kebaikan dalam dirimu!"

"Jadi...kau..., gadis itu?"

"Namaku Bening,____ya, kau membunuh seluruh keluargaku saat usiaku 7 tahun. Tapi entah kenapa, aku tak bisa benar-benar membencimu!" akunya, Tomi kian terhenyak. Menoleh, menatap wajah gadis itu lekat.

"Kenapa?"

"Karena rasa benci, akan membuat kita sakit. Aku mencoba membencimu, bersumpah akan membunuhmu jika suatu saat bertemu denganmu. Dan selama itu..., selama ku simpan dendam di hatiku. Dadaku terasa begitu sesak, saat kita di pertemukan kembali..., aku ingin sekali membencimu..., tapi aku tak bisa. Karena semakin aku coba, aku merasa kian sakit!" akunya,

"Aku...aku...,"

Gadis itu menundukan wajah, cukup lama, "aku di adopsi oleh sebuah keluarga, tapi bukan untuk di jadikan anak oleh mereka. Melainkan budak, aku tak boleh bersekolah, bermain, hampir setiap hari... Mereka memukulku hanya karena masalah kecil!" suaranya terdengar parau, buliran bening menetes di pipinya, "jadi aku kabur..., aku hidup menggelandang selama beberapa tahun, aku harus mengamen, menjadi kuli pasar... untuk bertahan hidup. Sampai seorang nenek tua...mengajakku tinggal bersamanya!" ia menyeka airmatanya lalu mengangkat wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun