Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Embun Semerah Darah

15 Februari 2016   22:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   09:32 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"A...!" hanya itu yang keluar dari mulut sang pria, "ayamnya juga?" katanya lagi melakukan hal yang sama, pria itu akhirnya hanya diam memperhatikan. Bahkan ketika gadis itu juga menyendokan sup untuknya, "ayo, makanlah!" katanya. Sang pria masih diam, tapi matanya memperhatikan wajah gadis itu lalu piringnya yang masih kosong. Seolah mengerti arah mata pria itu sang gadis pun lalu menyendok nasi untuk dirinya sendiri.

"Aku juga mau makan!" katanya, setelah itu sang pria mulai menyantap hidangannya, ia mengunyahnya pelan-pelan. Berhenti sejenak untuk meresapi rasanya lalu melanjutkannya dengan pelan juga. Ia sering memasukan makanan enak ke dalam mulutnya, tapi ia tak pernah menikmati rasanya seperti sekarang ini.

Menyadari itu sang gadis bertanya, "kenapa, tidak enak ya?" tanyanya, "ha!" sahut sang pria sedikit tersentak. Gadis itu masih menunggu reaksinya. Tapi pria itu tak menyahut, malah melanjutkan makannya.

"Maaf ya, aku tidak terlalu pandai memasak!" akunya, pria itu masih mengunyah makanannya. Memang makanannya mungkin tak seenak makanan di restoran berkelas yang sering ia kunjungi, tapi seiring ia meresapi rasa masakan itu, itu adalah makanan terenak yang pernah ia rasakan. Mungkin karena orang yang memasak adalah seseorang yang tulus memandangnya.

Mereka menikmati sarapan pagi tanpa kata lagi sampai selesai, selesai membereskan dapur gadis itu menghampiri sang pria ke ruang tamu. Pria itu berdiri di jendela memandang keluar, menatapi anak-anak yang bermain. Televisi menyala menyiarkan berita-berita kriminal, gadis itu menatap layar televisi lalu beralih ke punggung pria itu.

"Sebaiknya kau jangan menampakan diri dari orang-orang!" sarannya, pria itu menoleh melalui punggungnya, "aku hanya melihat-lihat!" sahutnya.

"Mungkin salah satu dari mereka bisa melihatmu, dan itu cukup berbahaya!"

Pria itu pun berbalik, menatapnya lekat, "kau takut?" tanyanya. Gadis itu mengulum senyum manis di bibirnya, "jika aku takut kau tak akan di sini!"

"Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau menolongku? Jika orang-orang tahu, itu sangat berbahaya bagimu. Mereka bisa menuduhmu telah menyembunyikanku!"

"Aku melihatmu sekarat di jalanan, di dalam gang gelap. Apa menurutmu..., aku akan pergi begitu saja, membiarkanmu mati sementara aku masih bisa menolong?"

Kediaman menyekat mereka selama beberapa menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun