Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebening Embun Semerah Darah

15 Februari 2016   22:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   09:32 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, kau tidak sama!" sahutnya membuat mata pria itu melebar, mereka kembali bertatapan. Ada rasa lain yang menjalar di nadinya saat ia menatap mata gadis itu kian dalam.

"Terima kasih sudah menolongku, ku harap....kita tidak bertemu lagi!" katanya mulai melangkahkan kaki, "polisi ada dimana-mana, kau bisa tertangkap kapan saja!" cegahnya tanpa beranjak. Sang pria menghentikan langkah.

Ia bisa merasakan kekhawatiran dalam nada gadis itu, dan itulah yang tak ia inginkan. Ia tak ingin memiliki ikatan apapun dengan gadis itu.

"Bukankah itu bukan urusanmu!"

"Tomi, apakah..., kau akan terus hidup seperti itu?" tanya sang gadis, ia tak menjawab. Masih di posisinya, "Tuhan selalu memberikan kesempatan kedua kepada setiap umatnya, apa kau...tidak inginkan itu?" harapnya. Pria itu menoleh, menatap wajah cantik yang kian ia pandangi kian ia merasa pernah mengenalnya.

"Begitu banyak nyawa ku renggut dengan tanganku, bahkan... aku masih bisa merasakan anyirnya. Kesempatan yang kau bicarakan, tidak akan pernah ada untukku!"

"Kau tetap manusia, dan kau masih memiliki sisi baik!"  

Senyum getir terukir di bibirnya, dan itu tetap terlihat indah di mata sang gadis, "aku seorang iblis, hanya gadis bodoh yang mengatakan bahwa masih ada sisi baik dalam diriku!"

Kediaman kembali menyelimuti hingga sekian menit. Mata gadis itu menerawang dalam ke kolam mata Tomi, "14 tahun yang lalu, di sebuah rumah di kawasan Taman Galaxi Bekasi..., terjadi pembunuhan!" kata gadis itu, Tomi melebarkan mata, "satu keluarga di bunuh dengan keji, bahkan para pembantu mereka. Kau...ada di antara para pembunuh itu kan!"

Tubuh Tomi terpaku, mencoba mengingat keping peristiwa yang mulai memudar dari ingatannya, "ada seorang gadis, 7 tahun, yang masih tersisa, dan menyaksikan semua itu____kau..., di beri perintah, untuk menghabisinya!"

Ia ingat itu, memang ada seorang gadis cilik yang muncul dari balik gorden. Gadis itu tak menjerit, tak berteriak, hanya diam terpaku menatapi mayat yang berserekan di lantai, di tangan kirinya tertenteng boneka Hellokitty sebesar bayi usia satu tahun. Menatapnya tajam dengan ketenangan yang membuat dirinya bergetar saat menodongkan senjata api ke arah gadis itu. Bos dan beberapa temannya sudah berjalan keluar terlebih dahulu saat ia mulai menarik pelatuknya, ketika terdengar letusan senjata api, gadis itu tetap diam menatapnya. Bahkan ketika dirinya menyingkir meninggalkan rumah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun