"Aku minta maaf!" katanya hendak meraih lengan Dila tapi Dila mengangkat tangannya untuk menghentikan Arga. Membuat Arga tertegun,
Dila menggeleng, "aku nggak suka kamu sentuh-sentuh aku, aku nggak mau....di tuduh lagi. Lebih baik....., kamu jaga baik-baik janji kamu ke istri kamu, jangan patahkan hidupnya seperti kamu mematahkan hidup aku!" pinta Dila seraya berdiri.
Arga menatapnya dengan seribu sesal yang menyesak di dadanya, sekali lagi Dila membalas tatapan itu lalu berbalik dan berlari meninggalkan Arga. Arga menatap gadis itu, gadis kecil yang kini sudah tumbuh dewasa.
Ia tak menyangka ternyata Dila masih sangat mempercayai janji mereka, sementara dirinya......
Dila benar!
Ia menuduh gadis itu pengkhianat, tapi ternyata dirinya sendirilah yang telah berkhianat. Ia pergi meninggalkan Dila dalam amarah, membuat gadis itu hidup dalam kegelapan. Ia juga memperhatikan sikap Dila, gadis itu bersikap kikuk, cara bicaranya, caranya bertingkah, padahal Dila yang dulu ia kenal adalah Dila yang periang, Dila yang lincah, Dila yang luwes. Dan Dila itu....sudah tak ada.
Dan itu.....karena dirinya!
-----o0o-----
Artikel ini pertama kali di publikasikan di www.kompasiana.com,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H