"Dila, aku.....!"
"Kamu sebut aku pengkhianat!" potong Dila, "apa kamu tahu, selama 16 tahun....aku memegang janji itu, Ga. Aku percaya kamu juga sama, aku selalu berharap kita ketemu lagi dan meluruskan semunya, lalu kita akan kembali seperti dulu. Selama 16 belas tahun..., aku takut menjalin hubungan dengan orang baru meski cuma sebagai teman!" ia menyeka airmatamya, tapi buliran itu tak mau berhenti,
"Kamu janji nggak akan ninggalin, kamu janji nggak akan lupa sama aku, kamu juga bilang....kamu cuma mau nikah sama aku. Sampai beberapa saat lalu aku masih percaya semua itu, tapi.....tapi kamu menghancurkannya.....,"
"Dila!" buliran bening juga meluncur di pipi Arga,
"Sekarang siapa yang pengkhianat.....," tangis Dila, "kamu pergi, kamu ninggalin aku...., kamu lupain aku, Ga. Kamu nikah sama orang lain!"
"Dila, maafkan aku!"
"Kamu pikir maaf kamu bisa mengembalikan tahun-tahun yang aku jalani dengan ketakutan, tahun-tahun yang aku jalani untuk menunggu kamu.....menunggu mendapatkan maaf dari kamu. Kamu nggak tahu betapa tersiksanya aku selama ini....., kamu jahat, Ga!"
"Dila," katanya memungut pundak gadis itu, "aku tahu aku salah, aku sudah menuduh kamu, aku pergi begitu saja, tapi....!"
"Tapi itu udah nggak ada gunanya...., bahkan kita ketemu lagi pun....nggak bisa merubah apapun. Kamu...., kamu jahat!" seru Dila mencoba menahan tangisnya, "kamu sudah menghancurkan hidup aku,"
"Dila!"
"Berhenti menyebut namaku," katanya melepaskan diri dari tangan Arga, "aku bahkan nggak tahu aku harus benci atau seneng ketemu kamu, mungkin seharusnya kita nggak pernah ketemu!"