Deni menyapu pandangannya ke seluruh tubuhku, membuatku risih. Pelan-pelan ia mendekat.
"Jangan bilang kamu gak tahu perasaanku," bisiknya lembut di telingaku.
Aku tak tahu harus menjawab apa.
"Sejak kamu lahir, aku sudah naksir kamu!" Ia tertawa.
Wajahku pasti bersemu merah.
"Aku berantem dengan pacarku di SMA karena ketahuan menyimpan fotomu."
Aku langsung terkenang masa perundungan itu.
"Tak usah kerja, kamu di rumah saja mengurusi anak kita."
Aku tertegun. Kaget sekaligus senang. "Kamu nembak?"
Ia mengangguk.
Aku membalas anggukannya dengan yang lebih mantap.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!