"Jangan lincah-lincah ya, nanti sendalnya gak kuat." Ucapnya sambil cepat-cepat mengajakku masuk ke ruang boarding.
Ah, bahagia sekali rasanya tidak percuma sendal ini putus, karena aku bisa melihat bagaimana suamiku tanggap membantu isterinya.Â
Aku hanya senyum-senyum sendiri. Ini sebenarnya bukan pertama kali juga aku ada masalah dengan sendal. Teringat kejadian saat masih kuliah. Entah bagaimana caraku berjalan, tiba-tiba sendal jepitku lepas dan jatuh ke dalam got samping pintu masuk area kampus. Antara bingung dan malu tapi rasanya aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Milea, kok bisa?" Respon Cika, sahabatku yang berjalan di samping.
"Gak ngerti." Jawabku sambil nyengir. Antara pengen nangis tapi juga pengen ketawa melihat sebelah sendalku sudah nyebur got.
"Hahaha...asli kamu kocak banget, bisa-bisanya itu sendal bisa lepas." Tiba-tiba Cika tertawa terbahak-bahak.
Orang-orang yang kebetulan melintas ikut melirikku.
"Ssssstttt, jangan kenceng-kenceng ketawanya. Malu." Aku mencubit tangannya Cika.
"Aww...sakit, sakit. Hehehe iya iya." Jawabnya masih ketawa.
"Kamu langsung ke kampus aja, aku pergi dulu." Aku langsung lari tanpa menunggu persetujuan Cika. Tujuanku satu, balik kosn mengambil sepatu.Â
***