Hari itu, untuk pertama kalinya aku dan suami membawa si kecil naik pesawat. Mudik, lebih tepatnya. Usianya si kecil baru 2 tahun, pas lagi senangnya lari-larian. Ketika melihat bandara yang luas, langsung saja kegirangan bolak balik, menarik-narikku untuk jalan. Tak ada yang aneh saat itu, namun tiba-tiba berubah menjelang boarding.
"Jeprettt..." aku memandang tak percaya sendalku putus. Bukan sendal jepit yang kupakai harian loh. Ini merk yang cukup terkenal, dan aku membelinya di salah satu mall besar di kotaku, namun tetap model tali jepit. Entah gimana ceritanya tiba-tiba talinya lepas.
"Walah, kok bisa?" Suamiku heran.
"Gimana Yah?" Tanyaku mulai panik.
"Bawa sendal atau sepatu cadangan?"
"Gak." Jawabku pasrah. Kebiasaanku adalah tidak pernah membawa cadangan. Koper yang kubawa, penuh dengan perlengkapan anak yang masih balita. Selain itu memang aku selalu malas membawa cadangan sendal atau sepatu saat pergi. Terlihat suamiku mulai mondar mandir, aku tahu dia lagi berfikir keras untuk menyelamatkan istrinya yang sedang malu. Mencari toko sepatu saat ini tidak memungkinkan waktunya.
"Bunda bawa peniti?." Tiba-tiba suamiku bertanya dan menghampiriku.
"Ada. Ini Yah." Aku melepaskan salah satu peniti di kerudungku.
Sekejap, ia mengambil sendalku. Beruntungnya adalah peniti yang aku gunakan ukuran cukup besar dan alhasil sementara menyelamatkan sendalku.
"Alhamdulillah, makasih Yah." Rasanya seperti baru lepas dari ujian sekolah, Plong.
Suamiku hanya tersenyum melihat aku kegirangan.Â