Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengenal Nyai Ontosoroh, Mentor Minke di "Bumi Manusia"

24 Juli 2019   06:38 Diperbarui: 25 Juli 2019   16:18 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nyai Ontosoroh. Sumber: @flamecroowz

Ia mengurus perusahaan dengan manajemen yang baik, bahkan menabung sebagian hartanya sebagai bentuk berjaga-jaga jikalau terjadi suatu kekacauan. Ia mengurus rumah tangganya dengan baik dan membesar kedua anaknya dengan disiplin. 

"Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana: Biar pengelihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan Pengetahuanmu tentang manusia takkan bisa kemput"

Ia menolak ikut menjadi gila seperti Herman Mellema dan memilih berdiri diatas masalah yang mulai merundung keluarga kecilnya. Ia juga tetap berdiri tegak sebagai perempuan keras hati dalam menghadapi siapa pun yang merendahkan martabatnya hanya karena ia seorang gundik. Rasa cinta dan kasih sayangnya kepada dirinya sendiri serta keluarga kecilnya membuat Nyai Ontosoroh dikenal sebagai perempuan yang merdeka finansial. 

Dengan uangnya itu, ia bahkan bisa mendirikan sebuah perusahaan rempah-rempah yang dijalankan Panji Darman, rekan sekolah Minke yang kemudian dipercaya sebagai pelindung Annelies dalam perjalanannya ke Belanda. 

Ketiga, relasi kuasa antara hak lelaki penjajah (Maurist Mellema) vs perempuan pribumi (Sanikem). Saat Herman Mellema meninggal hidup nyai Ontosoroh mencapai titik paling kelam. Selain karena anak dari pernikahan sah Herman Mellema menuntut hak waris atas seluruh harta ayahnya, ia juga hendak mengambil alih pengasuhan Annelies. 

Dalam hukum Belanda kala itu, sebagai seorang gundik, Nyai Ontosoroh tidak memiliki hak asuh atas Annelies dan tidak berhak atas kekayaan Herman Mellema walaupun pada kenyataannya kekayaan itu hasil kerja keras sang Nyai dan Annelies. 

Sebagai Ibu, Nyai Ontosoroh berusaha tegar dan meyakinkan Minke yang saat itu telah menjadi menantunya, bahwa kasusnya menjadi penanda keberanian seorang pribumi melawan hukum si kulit putih (Belanda). Ia telah mengandung, melahirkan dan membesarkan Annelies Mellema. 

Maka Nyai Ontosoroh berusaha sekuat tenaga melawan pengadilan Belanda dalam mendapatkan hak asuh anak perempuannya, meski akhirnya dia dikalahkan. Annelies Mellema dipisahkan paksa dari ibu yang mengandungnya dan suami yang menikahinya secara sah menurut hukum Islam. 

Keempat, relasi kuasa antara pribumi (diwakili Minke) versus Hindia Belanda dan elit Jawa. Nyai Ontosoroh yang berjuang sendirian dalam membela dirinya, keluarga kecilnya dan perusahaan Buitenzorg seakan menemukan rekan seperjuangan saat Minke memasuki rumahnya. Terutama ketika Minke banyak menceritakan kehendaknya untuk bersuara dengan menulis. 

"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

Relasi antara Nyai Ontosoroh dan Minke bukanlah sekadar mertua dan menantu biasa, melainkan mentor dan murid, juga peluru dan senapan, kata-kata dan pena. Melalui tulisan-tulisan Minke yang kritis lagi cadas, sang Nyai Ontosoroh menantang dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun