Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengenal Nyai Ontosoroh, Mentor Minke di "Bumi Manusia"

24 Juli 2019   06:38 Diperbarui: 25 Juli 2019   16:18 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nyai Ontosoroh. Sumber: @flamecroowz

Ia memutuskan menerima pembelajaran yang diberikan Herman Mellema dengan tekun. Ia belajar bahasa Belanda dan Melayu; ia belajar urusan perkantoran mulai dari administrasi, manajemen, marketing hingga urusan keuangan; ia belajar tata krama ala perempuan terdidik Eropa dan dengan demikian, ia memiliki wawasan paling cemerlang diantara perempuan lain kala itu. 

"Aku memang ada ayah, dulu, sekarang tidak. Kalau dia bukan tamu tuan, sudah aku usir."

"Jangan," cegah Tuan (maksudnya Herman Mellema).

"Lebih baik pergi dari sini daripada menemuinya."

"Kalau pergi, bagaimana aku? Bagaimana sapi-sapi itu? Tak ada yang bisa mengurusnya."

"Banyak orang bisa disewa buat mengurusnya."

"Sapi-sapi itu hanya mengenal kau."

 

Percakapan diatas adalah tentang suatu waktu sang Ayah bertamu ke Wonokromo, Nyai Ontosoroh enggan menemuinya. Ia berkata pada Herman Mellema bahwa ia telah membuang ayahnya di hari ketika ia masuk ke Buitenzorg, sehingga daripada harus menemui sang ayah ia lebih baik pergi saja, dan kata-katanya membuat sang Tuan gusar khawatir perusahaannya bakal bangkrut. 

Dengan demikian, ia benar-benar menghapus jejak Sanikem si perempuan lemah dan menggunakan identitas baru sebagai Nyai Ontosoroh yang kuat, tegar dan tersohor. 

Kedua, relasi kuasa lelaki penjajah/sang tuan (Herman Mellema)  vs perempuan pribumi/gundik (Sanikem). Saat Herman Mellema mulai hilang akal (karena pengaruh alkohol beracun dan pelacur), Nyai Ontosoroh tidak menangisi nasib dan berdiam diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun