Bruk!!!
Suara benda jatuh mengalihkan pandanganku dan Dio ke arah pintu masuk. Lasmi. Lasmi sedang berdiri disana dan sebuah buku tergeletak di lantai dekat kakinya.
Lasmi menggigit bibir. Wajahnya merah. Ya Tuhan, apakah dia mendengar ucapan Dio barusan?
Lasmi mencoba tersenyum, dengan masih menggigit bibirnya. Butiran hangat mengalir dari kedua matanya tepat ketika dia berbalik dan meninggalkan kami.
Ya, Lasmi mendengar ucapan Dio barusan.
Aku menatap Dio tajam. Emosiku memuncak tidak karuan. Tiba-tiba aku benci pada makhluk di hadapanku ini. Aku benci pada kepengecutannya. Ya, Dio yang kucintai ternyata sekarang adalah seorang pengecut.
***
      "Lihatkan, Yo. Gak ada yang akan mengerti tentang rasa kecewa. Dikecewakan cinta... gak ada yang akan mau mengerti, Yo..."
Dio memejamkan kedua matanya, menundukkan wajahnya dalam-dalam.
      "Jadi aku tetap harus menikah dengan Lasmi?"
Dio mengangkat wajahnya. Wajahnya memelas.... Akh,, aku ingat wajah itu. Itu wajah yang sama ketika Dio mengatakan, "Jadi aku akan kehilangan kamu selamanya?". Ya, tiga tahun yang lalu, saat aku memutuskan Dio.