Mohon tunggu...
Wedy Prahoro
Wedy Prahoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Ujian Nasional, Benarkah?

3 November 2024   14:45 Diperbarui: 3 November 2024   15:39 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kritik utama terhadap UN adalah bahwa pendekatannya yang berfokus pada hasil tertulis dan kompetensi akademik kurang mencerminkan pendidikan sebagai proses pembudayaan yang berakar pada nilai-nilai bangsa Indonesia. Dalam tradisi budaya Indonesia, nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, dan penghargaan terhadap kebhinekaan merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diharapkan terinternalisasi dalam pendidikan.

Prof. Suyanto, pakar pendidikan di Indonesia, menjelaskan bahwa UN yang hanya mengukur hasil akademik tidak cukup mencerminkan kompleksitas pendidikan dalam rangka pembudayaan karakter bangsa. Dalam konteks ini, pembentukan karakter melalui pendidikan harus diutamakan, mengingat pendidikan karakter adalah bagian dari tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagai contoh, negara-negara maju seperti Jepang dan Finlandia memiliki sistem pendidikan yang menekankan pendidikan karakter sebagai bagian dari evaluasi pendidikan. Di Finlandia, evaluasi akademik tidak menjadi satu-satunya fokus, melainkan mereka juga menilai bagaimana peserta didik berinteraksi dan mengembangkan sikap sosial, sehingga memungkinkan proses pembudayaan yang holistik.

Evaluasi Ujian Nasional dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Karakter

Pelaksanaan UN dalam jangka waktu yang panjang sering kali menyebabkan tekanan yang cukup besar bagi siswa, guru, dan sekolah, sehingga memengaruhi esensi pembelajaran itu sendiri. Tekanan untuk meraih nilai tinggi dalam UN membuat banyak sekolah dan siswa berfokus pada strategi menghafal dan drilling soal, sehingga mengesampingkan pembelajaran yang bermakna dan pendidikan karakter. Hal ini berisiko mengaburkan tujuan pendidikan sebagai proses pembudayaan yang menanamkan nilai-nilai luhur bangsa.

Dengan diperkenalkannya Asesmen Nasional, pemerintah berharap evaluasi pendidikan dapat menjadi alat untuk mendukung proses pembudayaan yang lebih utuh. AN, melalui Survei Karakter, memberikan gambaran tentang bagaimana karakter siswa berkembang selama proses pembelajaran, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai keberhasilan pendidikan sebagai proses pembudayaan.

Dalam pandangan para pakar pendidikan, pendidikan sebagai proses pembudayaan harus mencakup seluruh aspek pengembangan manusia, termasuk karakter, sikap sosial, dan keterampilan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ujian Nasional sebagai sistem evaluasi pendidikan selama ini cenderung fokus pada aspek kognitif dan hasil akademik, sehingga kurang mencerminkan proses pembudayaan yang diharapkan dalam pendidikan nasional.

Perubahan dari UN ke AN adalah langkah penting yang dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan sistem evaluasi dengan tujuan pendidikan nasional yang menekankan pembudayaan dan pembentukan karakter. Melalui Asesmen Nasional, diharapkan evaluasi pendidikan dapat lebih holistik, mencakup tidak hanya kompetensi akademik tetapi juga karakter dan kondisi lingkungan belajar yang mendukung perkembangan siswa sebagai warga negara yang berbudaya dan berkarakter.

Dengan demikian, Asesmen Nasional diharapkan mampu menjadi alat yang lebih efektif dalam mendorong pendidikan sebagai proses pembudayaan, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan kepribadian bangsa Indonesia. Evaluasi pendidikan tidak lagi hanya tentang pencapaian akademik, tetapi lebih sebagai cara untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia, memiliki semangat kebangsaan, dan siap berkontribusi dalam masyarakat sebagai bagian dari bangsa yang berbudaya.

Sistem Evaluasi yang Relevan dengan Fungsi dan Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional

Sistem evaluasi dalam pendidikan adalah salah satu komponen penting untuk memastikan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan di Indonesia bukan sekadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan memiliki rasa tanggung jawab serta berwawasan kebangsaan. Dalam konteks ini, sistem evaluasi pendidikan harus dirancang agar tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan karakter dan kepribadian yang selaras dengan budaya dan nilai-nilai Indonesia.

Selama bertahun-tahun, Ujian Nasional (UN) menjadi metode utama untuk mengevaluasi hasil belajar siswa di Indonesia. Namun, seiring dengan kritik yang berkembang, UN dianggap kurang memadai untuk memenuhi seluruh aspek tujuan pendidikan nasional karena terlalu fokus pada aspek kognitif. Oleh karena itu, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2021 memperkenalkan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN, yang bertujuan untuk menciptakan sistem evaluasi yang lebih relevan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Konsep Pendidikan Nasional sebagai Proses Holistik

Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan yang mencakup tiga dimensi utama: kognitif (pengetahuan dan keterampilan), afektif (nilai dan sikap), dan psikomotorik (praktik dan keterampilan hidup). Pendidikan sebagai proses holistik berarti tidak hanya fokus pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun