"Oh, baiklah kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu. Kalau ada apa-apa jangan sungkan. Bilang saja pada saya"
     "Iya, Pak"
     Aku merenung, masih terngiang-ngiang dengan kata-kata Robert tadi, "Aku melakukannya semata-mata karena aku kasihan terhadapmu"
     "Apa yang sedang kamu pikirkan? Muka kamu terlihat serius sekali!", tiba-tiba Dea teman kerjaku menepuk pundakku.
     Aku tersenyum padanya, "Tidak, aku tidak memikirin apa-apa", jawabku berusaha tenang.
     Sebenarnya tubuhku sudah cukup lelah tapi, tadi aku sudah berjanji untuk bertemu Desi sepulang aku kerja. Aku langsung segera mengganti seragamku, setelah itu aku bergegas meninggalkan toko buku itu. Tapi, waktu aku membuka pintu keluar, ada seseorang yang memegang tanganku lalu aku membalikkan badanku dan ternyata dia adalah Hario.
     "Ada apa, Pak?", kataku gugup karena dia semakin mendekat.
     "Maukah kamu menemaniku malam ini?", katanya berbisik di telingaku.
     "Tapi pak, saya sudah ada janji dengan temanku. Dia sudah menunggu di luar", kataku berusaha tenang.
     "Tolong, sekali ini saja! Aku membutuhkan teman cerita", keluhnya pelan.
     "Ya baiklah, tapi saya menemui teman ku dulu ya pak, buat bilang pertemuan kita ditunda dulu"