"Bagaimana dengan lukamu kemarin, apa sudah membaik", katanya seraya menyodorkan uang lima puluh ribu kepadaku.
     "Lumayan membaiklah"
     "Oh, syukurlah kalau begitu, tapi kalau masih belum pulih benar sebaiknya kamu istirahat saja dulu di rumah"
     "Iya, terima kasih ya atas perhatiannya"
     "Sama-sama, tapi aku melakukannya semata-mata karena aku merasa iba dan kasihan terhadapmu", katanya mengiba.
     "Tapi, sayangnya aku tidak butuh belas kasihanmu itu", kataku mulai emosi dengan apa yang dikatakannya tadi.
     "Hei, bukankah kamu memang membutuhkan belas kasihan dari orang lain?", katanya masih tenang.
     "Apa mau kamu sampai tega menghinaku seperti itu?"
     "Apa kau merasa dihina-hina, aku tidak merasa sedang menghina kamu"
     "Terserah apa katamu, ini bukunya", kataku geram dengan dia yang sikapnya tenang-tenang saja  menanggapinya.
     "Apa kau marah dengan apa yang kukatakan tadi? Aku hanya mengatakan semua apa adanya. Tolong, jangan marah ya!"