"Baik tuan. Perintah kami jalankan."Â
Demikianlah utusan utusan itu segera bergerak menjalankan tugas masing-masing. Hanya sepuluh orang prajurit pilihan itu yang tidak mengendarai kuda. Mereka berjalan sambil menggantungkan busur di pundak, dan menggendong andong di punggung berisi beberapa puluh anak panah beracun.
******
Menjelang pagi sepuluh prajurit pilihan telah sampai di hutan dekat istana Giriwana. Pada siang hari mereka bersembunyi di tengah hutan. Namun ketika matahari tenggelam mereka keluar mengamati barak prajurit Bala Putra Raja. Mereka berputar putar mencari letak kandang prajurit berkuda. Di malam pertama belum diketemukan tempat yang dicari. Namun pada malam berikutnya jerih payah mereka mendapatkan hasil.
Segera mereka mempersiapkan pelaksanaan tugasnya. Menjelang pagi mereka mendekati kandang kuda itu. Mereka mengambil posisi agak berkejauhan, sambil tetap mencari tempat berlindung agar tidak ketahuan para penjaga kuda-kuda itu.
Terbantu oleh beberapa obor yang ada dikandang-kandang kuda itu, mereka mengenal posisi binatang-binatang yang hendak dibunuhnya. Segera saja mereka menyiapkan busur dan anak panah.
Tanpa dikomando prajurit-prajurit pilihan itu segera meluncurkan anak-anak panah. Dengan cepat mereka bekerja untuk bisa membunuh kuda-kuda dikandang itu. Namun mereka tak bisa membunuh kuda-kuda itu dengan anak panah sekaligus, para binatang itu melonjak kaget dan berteriak-teriak dengan caranya. Puluhan kuda yang gaduh itu mengundang beberapa prajurit anggota pasukan Bala Putra raja mendekatinya.
Alangkah terkejut para prajurit Bala Putra Raja mengetahui kuda-kuda mereka banyak yang sekarat. Bahkan ada yang sudah jatuh dan kejang. Prajurit-prajurit itu baru sadar akan datangnya bahaya setelah beberapa temannya jadi sasaran anak panah.
Segera mereka bersembunyi mencari perlindungan. Beberapa prajurit berhasil lolos dan lari menuju barak pimpinan. Dengan tanpa sadar mereka menggedor-gedor pintu kamar Jalak Seta, perwira prajurit yang diserahi keamanan istana selama pangeran pergi tetirah.
Setelah mendapatkan laporan adanya upaya orang-orang tak dikenal menyatroni kuda-kuda mereka, segera ia memerintahkan prajurit dibarak berkumpul. Diperintahkannya mereka membawa tameng dan peralatan bertempur lainnya. Juga berpesan kemungkinan datangnya serangan anak panah dari musuh tak dikenal.
Dipandu oleh cahaya yang tampak dari kejauhan, dari obor-obor penerang kandang kuda, prajurit-prajurit Bala Putra Raja bergerak dengan berpencar. Dengan setengah berlari sambil berlindung tameng-tameng mereka, langkahnya menuju kandang kuda itu.