Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 55. Tetirah ke Candi Jalatunda

17 Oktober 2024   01:39 Diperbarui: 17 Oktober 2024   02:43 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

"Jika ia berkhianat, akan aku punggal lehernya"katanya dalam hati.

Rombongan tetirah yang mengular jalannya itu, meski berulang kali istirahat, namun akhirnya sampai juga. Menjelang matahari tenggelam di balik gunung di ufuk barat mereka telah memasuki halaman candi Jalatunda.

Hawa dingin di kaki bukit Bekel sebelah barat gunung Penanggungan yang dikeramatkan para brahmana penganut Siwa itu menyergap kulit mereka. Mereka menunggu pengaturan para prajurit yang telah biasa ditugaskan mendahului perjalanan itu.

Sekelompok prajurit yang mendahului rombongan itu, untuk mempersiapkan barak-barak pesanggrahan telah menyelesaikan tugasnya. Kini mereka menyambut kedatangan rombongan itu, dan bergegas  mengatur di mana saja mereka harus beristirahat, sesuai pembagian tempat yang telah mereka atur dengan baik.

******

 Yuyu Rumpung telah menerima surat dari Dyah Tumambong yang dibawa Sawer Welang. Semua kalimat yang tergores diatas daun siwalan atau pohon tal itu telah ia baca. Iapun telah memahami isinya, bahwa kesempatan telah datang untuk Maha Dewi Panida membalas dendam kepada keturunan raja Medang, tentang kematian Mpu Panida karena terbunuh dalam maha pralaya di istana Medang Kamulan.

Kini pangeran Erlangga tengah pergi tetirah ke candi Jalatunda sebagaimana kebiasaan jika tengah merancang kebijakan tertentu. Rombongan tetirah itu diperkirakan selama lima belas hari, karena seluruh keluarga istana Giriwana ikut pergi ke Jalatunda.

"Adakah pesan lain yang diberikan oleh Dyah Tumambong ?" Tanya Yuyu Rumpung.

"Tidak tuan. Tengah malam ia datang ke rumahku dan memerintahku untuk mengantar rontal ini kepada tuan." Jawab Sawer Welang.

"Baiklah. Terserah kepadamu. Kamu akan langsung pulang melaporkan tugasmu, atau ikut bersama kami membumi hanguskan istana Giriwana."

"Saya akan mendahului perjalanan tuan. Saya takut Tuan Tumambong marah karena aku terlambat melapor." Jawab Sawer Welang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun