"Tuan Tumambong kah ?" Terdengar lagi suara dari dalam.
Dyah Tumambong merasa jengkel. Pintu yang terbuat dari papan kayu nangka itu ditendangnya dengan keras. Palang penutup pintu dibalik papan itu patah. Terdengar benda jatuh dari dalam. Ia dorong pintu itu dan bergegas menerobos masuk ke dalam rumah.
Dengan tergopoh seorang lelaki keluar dari kamar sambil menalikan tali pengikat celananya. Lelaki itu gemetar ketakutan dan cepat-cepat duduk bersimpuh di lantai tanah menghadap Dyah Tumambong. Dadanya yang terbuka masih nampak keringat yang membasahi kulitnya..
"Sudahkah kau tuli. Tak mampu membedakan suaraku lagi ?" Tanya Dyah Tumambong.
"Maaf tuan." Jawab lelaki krempeng itu.
Dyah Tumambong curiga, lelaki krempeng anak buahnya di luar kesatuan prajurit pelayan dalam istana itu, sedang tidak sendirian di rumah. Ia sudah hafal kelakuan Sawer Welang, ia pasti baru saja bersenang-senang.
"Apa yang sedang kau kerjakan ? Hingga tak mengenali suaraku ?" Tanya Dyah Tumambong.
"Ampun tuan." Jawab Sawer Welang dengan suara bergetar.
Tiba-tiba Dyah Tumambong berteriak dengan kerasnya. Memerintahkan seseorang yang ia curigai masih ada dikamar untuk keluar.
"Siapa di dalam ? Keluar !! Jika tidak, aku seret kau !!!"
Sejenak kemudian muncul seorang wanita berrambut awut-awutan keluar tergesa-gesa dari kamar. Ia segera menjatuhkan diri dan bersimpuh di depan Dyah Tumambong.