"Aku mendengar warta pasukan berkuda itu kuat sekali. Jika tidak dilumpuhkan akan berbahaya bagi pasukan kita. Maka lumpuhkan dulu kuda-kuda mereka." Kata Yuyu Rumpung.
"Siap tuan. Kami jalankan perintah." Jawab pemimpin kelompok itu.
"Dengan apa kalian akan membunuh kuda-kuda itu ?" Tanyanya.
"Mungkin dengan pedang tuan. Kami belum membicarakannya, perintah baru saja jatuh." Jawab pemimpin kelompok itu.
"Bodoh. Berapa hari kalian menggorok leher tiga ratus kuda itu ? Pakai anak panah beracun kuat, kalian bisa lakukan dari jarak jauh. Jika ketahuan kalian bisa cepat lari dan bergabung dengan kita." katanya.
"Baik tuan. Perintah kami jalankan."Â
Demikianlah utusan utusan itu segera bergerak menjalankan tugas masing-masing. Hanya sepuluh orang prajurit pilihan itu yang tidak mengendarai kuda. Mereka berjalan sambil menggantungkan busur di pundak, dan menggendong andong di punggung berisi beberapa puluh anak panah beracun.
******
Menjelang pagi sepuluh prajurit pilihan telah sampai di hutan dekat istana Giriwana. Pada siang hari mereka bersembunyi di tengah hutan. Namun ketika matahari tenggelam mereka keluar mengamati barak prajurit Bala Putra Raja. Mereka berputar putar mencari letak kandang prajurit berkuda. Di malam pertama belum diketemukan tempat yang dicari. Namun pada malam berikutnya jerih payah mereka mendapatkan hasil.
Segera mereka mempersiapkan pelaksanaan tugasnya. Menjelang pagi mereka mendekati kandang kuda itu. Mereka mengambil posisi agak berkejauhan, sambil tetap mencari tempat berlindung agar tidak ketahuan para penjaga kuda-kuda itu.
Terbantu oleh beberapa obor yang ada dikandang-kandang kuda itu, mereka mengenal posisi binatang-binatang yang hendak dibunuhnya. Segera saja mereka menyiapkan busur dan anak panah.