"Arum, jangan !!!" Terdengar teriakkan lelaki dari pinggir arena. Namun teriakkan itu tidak mampu menghentikan pedang yang sudah terlanjur bergerak.
"Craakkk" terdengar suara benda terpotong. Semua orang membelalakkan mata, leher Srigunting putus oleh pedang Sekar Arum.
Pendekar gunung Kendeng guru Gemak Sangklir itu nasibnya sama dengan muridnya. Ia mati oleh seorang gadis. Kepalanya lepas dari badannya yang ambruk ke tanah. Dua mata pada kepala yang menggelinding itu masih terbuka lebar, seolah tak yakin bahwa pedang di tangan gadis itu mengakhiri petualangannya.
Sekar Arum memandang jasad lawannya sebentar sambil memasukkan pedangnya ke sarungnya lagi. Sejenak kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari lingkaran prajurit dan pengawal yang tadi menyaksikannya bertempur. Entah kemana kaki gadis itu mengajaknya melangkah pergi.
Api batang padi telah padam. Malampun kembali gelap gulita. Hanya bintang-bintang di langit yang gemerlapan memancarkan sinarnya. Menjadi saksi abadi segala peristiwa di mayapada ini. Termasuk benturan kepentingan antar manusia.
(Bersambung)
 Â
Â
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H