Tidak terasa malam semakin larut. Rasi bintang gubug penceng telah jauh bergeser ke barat. Tanda malam hampir sampai pada puncaknya.
Sebagaimana perintah ki demang acara tidak boleh lewat tengah malam. Maka hari pertama lomba tanding di kademangan itu harus di akhiri. Namun sedikit waktu yang ada hendak digunakan Sekar Sari untuk memperagakan keindahan permainan pedangnya.
Dengan celana dan baju serba merah, rambut panjang terurai, sanggul kecil duduk indah di atas kepala, dan pedang bergantung di pinggang kirinya, gadis itu meloncat ke atas panggung dengan ringannya. Sebagaimana peserta yang lain, calon menantu ki demang itu memberi hormat kepada para penonton.
Semua penonton tercengang dengan penampilannya. Sungguh gadis itu amatlah cantik rupawan. Saat tersenyum dan terlihat giginya yang putih bersih, sangat menarik hati siapapun yang melihatnya. Ditambah dekik di pipinya menambah gadis itu kian manis dan sedap dipandang.
Handakapun bangga menyaksikan calon isterinya berdiri di atas panggung. Ketrampilan bermain pedang Sekar Sari  sangat dikaguminya. Malam itu Sekar Sari hendak peragakan seni bermain pedang tunggal.
Tapi mendadak acara itu gempar. Sebuah bayangan berpakaian serba hitam melayang terbang dari kegelapan malam menuju panggung. Geraknya gesit lincah dan ringan. Ia gunakan kepala penonton sebagai tumpuan kakinya bergerak. Setelah dekat panggung ia melejit berjumpalitan di udara, dan mendarat di lantai panggung dengan ringannya.
"Aku ikut lomba tanding ini. Aku tantang kau melawanku. Tangan kosong atau bersenjata" katanya keras sambil menudingkan tangannya ke arah Sekar Sari.
"Siapa kau ?!! Kami tidak mengundangmu dalam acara ini. Tunjukkan jatidirimu dulu. Jangan bersembunyi di balik caping dan cadarmu." Jawab Sekar Sari tak kalah canthas.
"Tidak ada aturan peserta harus tunjukkan jatidiri. Caping dan cadar inilah identitasku. Bersiaplah. Aku akan segera menyerangmu."
Terpaksa Sekar Sari bersiap menanti serangan tamu yang tak diundangnya. Semua hati penonton yang melihatnya berkesiap kaget, ketika orang berpakaian serba hitam itu dengan gesit lincah cepat dan keras menyerang Sekar Sari.
Seperti terbang gadis itu melompat hendak melayangkan kaki kanannya yang miring lurus ke dada calon menantu ki demang. Sekar Sari sigap menggeser kaki ke kiri dan mencondongkan badannya dengan sikap tangan seperti satria hendak memanah.Â