"Pangeran itu masih hidup ?"
"Masih tuan. Bersama para prajurit yang dipimpin Senopati Narotama. Mereka tinggal di pesanggrahan yang belum boleh kami sebutkan demi keamanan."
Pendekar cebol itu mengangguk-anggukan kepala. Kemudian pandangannya beralih ke Sembada dan Sekar Arum.
"Salamku untuk guru-guru kalian. Kakang Kidang Gumelar dan Nyai Rukmini. Aku sahabat mereka dari tanah Pasundan. Namaku Mang Ogel. Karena tubuhku kerdil Bonge Kalungkung menjulukiku Bajang Pasundan."
"Dari mana tuan tahu kami punya hubungan dengan tokoh-tokoh yang tuan sebutkan ?" Tanya Sembada heran. Karena ia belum pernah bertemu dengan pendekar itu.Â
Mang Ogel tersenyum. Bahkan ia tertawa kecil.
"Dari pancaran ajimu. Bukankah kau mewarisi ilmu kakang Kidang Gumelar, Aji Tapak Naga Angkasa. Sedang gadis itu menggunakan Aji Garuda Sakti. Karena penyalurannya lewat dua pedang, jadi sering disebut Aji Garuda Bersayap Pedang. Ilmu milik Nyai Rukmini.  Meski kalian telah mewarisi ilmu sakti itu, jika kalian  bertemu tokoh sekelas Bogel Kalungkung, kalian perlu hati-hati. Apalagi kini mereka berkumpul di sini."
"Baik tuan. Kami  memang harus lebih berhati hati"
" Naah, salamku untuk guru-gurumu. Aku belum bisa ketemu mereka. Sampai ketemu lagi.:"
Tiba-tiba Mang Ogel, yang oleh lawannya dijuluki Bajang Pasundan itu lenyap dari pandangan mata. Branjangan menggosok gosok matanya, namun ia tak juga melihat tokoh aneh itu lagi.
"Tubuhnya tidak sempurna, tapi ilmunya tinggi sekali. Bahkan bisa menghilang."kata Branjangan pelan.