Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 30. Musuh Lama (CersilSTN)

15 Juni 2024   14:30 Diperbarui: 16 Juni 2024   08:21 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau begitu, kaulah yang harus musnah dulu dari muka bumi."

Selesai berucap Bonge Kalungkung meloncat cepat seperti kilat menerjang lelaki yang disebutnya Bajang Pasundan itu.

Tetapi orang kerdil itu ternyata memiliki ilmu peringan tubuh yang sempurna. Tiba tiba tubuhnya melayang terbang di atas kepala lawannya. Dengan manisnya ia turun lagi di tanah tanpa menimbulkan suara apapun.

Bonge Kalungkung membalikkan badannya serta melompat mengirim serangan yang membadai. Dengan mudahnya si kerdil menangkis menolak dan menghindar. Ketika terbuka kesempatan iapun membalas dengan serangan serangan yang membahayakan. Tidak pelak lagi, keduanya segera saling desak mendesak silih berganti dalam pertempuran yang cepat keras dan sengit.

Bagi Sembada dan Sekar Arum, keduanya bisa mengikuti semua gerak kedua tokoh sakti itu bertempur. Mereka bisa mengambil manfaat dengan menyadap setiap gerakan dua pendekar sakti itu untuk memperkaya ilmu mereka.

Namun bagi Branjangan pertempuran itu benar-benar memusingkan kepala. Apa yang tampak di matanya hanya bayangan yang saling berkelebat dengan cepatnya.

Keduanya nampak sama-sama tangguh. Sama sama tidak kelihatan terganggu oleh kekurangan pada jasmani mereka. Bonge Kalungkung meski pincang namun dapat bergerak cepat, secepat badai. 

Demikian juga Bajang Pasundan lawannya, kakinya yang pendek tidak menghambat geraknya, seperti kapuk kering di terjang badai, melayang-layang dengan ringannya.

Ketika Bonge Kalungkung telah mengerahkan puncak ilmunya, tangannya kembali membara, dan menyerang musuhnya lebih dahsyat. Ia bernafsu sekali segera menghabisi lawannya itu.

Namun tiba-tiba pula udara di sekiar arena itu dipenuhi bau wangi lagi. Bau wangi itu  disertai hawa yang semakin lama semakin dingin. Nampak kedua tangan Bajang itu memutih seperti salju. Jika kedua tangan mereka berbenturan terdengar suara seperti logam membara masuk ke dalam air.

Sungguh peristiwa itu sangat menakjubkan bagi tiga orang yang menyaksikannya. Mereka merasa bertambah pengetahuannya tentang berbagai ilmu  kesaktian di muka bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun