Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 29: Padepokan Lodhaya (Cersil STN)

13 Juni 2024   11:47 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:23 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ikut kakang Sembada. Aku bisa jadi petunjuk jalan. Karena aku telah dua kali mengelilinginya." Kata Sekar Arum.

"Ahhh, niatmu bukan jadi petunjuk jalan, Sekar. Tapi hanya ingin selalu dekat dengan Sembada." Nyai Rukmini meledeknya.

"Ahh guru. Jangan membuatku malu."kata Sekar Arum merah mukanya. Sembada tersenyum melihatnya.

"Baiklah Arum. Daripada aku mencari-cari jalan sendiri, lebih baik ada petunjuk jalan. Kita bisa saling tukar pendapat untuk membuat perencanaan nanti." Kata Sembada.

Sekar tersenyum lega. Keinginannya selalu dekat dengan Sembada, sebagaimana telah ditebak isi hatinya oleh Nyai Rukmini, mendapat respon pemuda itu.

Akhirnya mereka membuat kesepakatan apa saja yang akan mereka lakukan malam itu.

Sementara itu di balai utama padepokan Lodhaya, ki Singa Maruta yang lebih tersohor dengan julukan Singa Lodhaya, tengah menemui tamunya.  Mereka adalah Cucak Arga guru Gagak Ijo dan Klabang Gede guru Klabang Ireng. Ketiganya sedang menunggu kedatangan teman mereka pendekar pincang dari lereng Semeru   Bonge Kalungkung.

Seorang wanita yang juga berpakaian pendekar tengah memimpin beberapa cantrik untuk menghidangkan suguhan bagi para tamunya. Ia adalah Macan Belang betina anak tunggal ki Singa Maruta, yang pernah terluka dadanya oleh pedang Sekarsari dalam pertempuran di padang ilalang kademangan Majaduwur.

Rupanya luka di dada yang cukup dalam itu kini sudah sembuh. Terbukti ia sudah mampu bergerak bebas dan memimpin para cantrik.

"Tuaknya mana, Genduk ?" Singa Maruta bertanya pada anaknya.

"Sebentar ayah. Cantrik-cantrik kerjanya lamban sekali ini."jawab Macan Betina yang sehari-hari dipanggil Genduk oleh ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun