"Kita bebaskan dia."bisik Sembada dekat telinga Sekar Arum. Gadis itu mengangguk.
"Pancing sebagian cantrik meninggalkan kerumunan." Bisiknya lagi. Sekar Arum tanggap. Ia segera menyusup sedikit menjauh dari Sembada. Dari tempatnya yang baru ia tertawa agak keras.
Rupanya para cantrik mendengar tawa seseorang. Segera mereka menghunus pedang dan merunduk-runduk menuju asal suara tawa itu. Hanya dua orang yang menjaga tawanan dengan pedang terhunus pula.
Tanpa disadari dua cantrik penjaga tawanan, sembada pelan menghampirinya. Dengan kecepatan gerak yang tinggi Sembada meloncat. Dengan sentuhan tangan pada leher masing masing dua orang cantrik tiba tiba lemas dan jatuh ke tanah.
Segera Sembada melepas tali yang mengikat tangan tawanan itu. Kemudian mengajaknya menyusup ke dalam gerumbul pepohonan hutan. Mereka bersembunyi sebentar di balik pohon.
Dengan menirukan suara burung kedasih Sembada memanggil Sekar Arum. Sesaat kemudian gadis itu telah datang.
"Kenapa tergesa gesa memanggilku ? Aku ingin menghajar mereka dulu. Karena isyarat suara burung nggak jadi kulakukan." Katanya Sekar Arum kecewa.
"Nggak perlu. Mereka hanya cucurut yang nggak banyak berperan. Kita biarkan mereka hidup."
"Kemana kita ? "
"Kita lanjutkan pengamatan. Ki sanak masih kuat ?"
"Masih tuan. Terima kasih telah membebaskan kami. Semula aku sudah pasrah, tak berpengharapan hidup lagi."