"Saya Branjangan tuan. Eh Sembada."
"Kau ikut kami dulu Branjangan. Kita musyawarahkan bersama rencana kita. Hubungi kawan-kawanmu, agar kita nanti tidak bertindak sendiri-sendiri."
"Baiklah Sembada, aku ikut kalian."
Mereka lantas meninggalkan tempat itu, hendak kembali ke tempat persembunyikan mereka. Temuan yang mereka dapatkan hendak mereka jadikan bahan musyawarah. Bagaimana cara membuktikan dugaan mereka.
Namun tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kehadiran seseorang. Sembada segera maju dengan penuh waspada. Lelaki pendatang itu tentu berilmu tinggi. Ia mampu meredam suara kelesat kakinya bergesekan dengan tanah saat berjalan.
"Apa yang akan kalian rencanakan ? Tingkah laku kalian mencurigakan. Memata-matai padepokan sahabatku. Tentu kalian hendak merencanakan suatu yang jahat." Lelaki itu menegur.
"Apa pedulimu dengan tingkah kami ? Kita tak punya persoalan apa-apa." Jawab Sembada.
"Anak-anak setan. Jelas aku peduli. Jika ada orang yang membahayakan padepokan Lodhaya. Karena Singa Maruta pemiliknya adalah sahabatku."
"Siapakah tuan ? Mengaku-aku sahabat Singa Lodhaya."
"Bonge Kalungkung, si pendekar pincang dari Lereng Semeru. Apakah kau pernah dengar."
Sembada terkejut. Ia pernah mendengar nama tokoh ini dari gurunya. Tataran ilmunya setara Singa Maruta, guru Macan Belang. Juga setara Cucak Arga, guru Gagak Ijo. Ia harus berhati hati.Â