"Sudah guru. Â Namun aku tidak berani mendekatinya. Â Hanya bisa mengamati dia dari jauh. Â Dia benar di Kademangan Majaduwur."
"Mengapa demikian ?"
"Ia sudah di calonkan sebagai menantu ki Demang Sentika. Â Dijodohkan dengan anak lelakinya bernama Handaka. Â Sementara hubunganku dengan anak lelaki itu kurang baik."
"Mengapa begitu ?"
"Aku sendiri tidak tahu. Â Berawal dari usahaku membantu mereka terlepas dari keroyokan berandal di hutan Waringin Soban, sikap lelaki itu terasa kurang baik padaku."
"Mungkin dia tersinggung. Â Kau nimbrung usaha mereka sendiri lepas dari kesulitan."
"Tidak guru. Â Ia mencurigaiku komplotan brandal. Â Usahaku membantu dianggap pura-pura saja, Â demikian juga berandal yang lari dari medan."
"Bagaimana sikap ki demang padamu ?"
"saat aku bentrok dengan anak lelakinya di halaman  kademangan ia penasaran denganku.  Ia mengenal jurus-jurus olah kanuragan yang aku pakai.  Bahkan iapun pernah menjajagi ilmuku di suatu tempat.  Untunglah datang Ki Kidang Gemelar.  Beliau menghentikan usaha ki demang menjajagi ilmuku lebih jauh."
"Kau ketemu uwakmu Kidang Gumelar ?"
"Ya guru. Â Semula aku mengenalnya sebagai ki Ardi. Seorang pedagang kayu bakar. Â Aku bertemu pertama kali di kotaraja saat aku mampir melihat-lihat keadaan di sana. Â Namun rupanya ia membututi perjalananku. Â Kami bertempur di hutan larangan dekat kota raja. Â Kemudian beliau berhasil menjebakku di sebuah goa. Â Sebulan aku di kurung di goa itu."