"Baik. Sekarang turunlah dari kudamu, dan serahkan kepada kami. Kau tidak cocok menunggang kuda sebaik itu."
"Mengapa aku harus menyerahkan kudaku kepada kalian. Tidak. Aku tidak mau."
"Kau jangan keras kepala anak muda. Kami bertiga. Sehebat apapun ilmumu kau tak akan mampu melawan kami."
"Aku tidak takut. Matipun aku rela mempertahankan milikku."
"Benar-benar keras kepala. Kalian jaga dia jangan sampai lari , akan aku beri pelajaran anak bengal ini." Katanya kepada kedua kawannya.
Lantas lelaki itu turun dari kudanya, serta mencabut golok di pinggangnya. Sembadapun turun dari kuda dan melepas kudanya begitu saja. Dengan cambuk kuda Sembada menghadapi lawannya.
Lelaki itu sedikit tersinggung.
"Jangan sombong anak muda. Kau hadapi golokku dengan cambuk kuda?."
"Dengan cambuk ini aku bisa membunuhmu."
Lelaki itu marah. Dengan hatinya yang panas ia menyerang Sembada. Serangannya keras dan cepat seperti air bah melanda anak muda itu. Namun Sembada dengan mudahnya memunahkan setiap serangan.
Perkelahian itu berlangsung cukup lama. Sembada hanya menangkis dan menghindar. Namun lelaki itu ternyata tidak memiliki ketahanan tubuh yang tinggi. Ketika ia berhenti dari serangannya, tanpa ia duga kaki Sembada melandanya dengan tendangan yang keras kearah perutnya. Seperti daun tertiup angin tubuh lelaki itu melayang, dan jatuh tidak bangkit lagi.