"Apakah pendekar itu masih muda ?"
"Sangat muda. Jauh lebih muda dari ki Prana. Ia mewarisi cambuk Nagageni dari Ki kidang Gumelar."
"Ohhhhh murid Ki kidang Gumelar ?"
"Bukan. Murid Menjangan Gumringsing seorang ajar di padepokan Cemara Sewu. Gurunya adik seperguruan  Ki Kidang Gumelar."
"Terima kasih Ki demang atas segala keterangannya. Â Gusti Senopati Narotama akan berkunjung ke kademangan Majaduwur pada purnama bulan ini."
"Purnama bulan ini, berarti dua minggu lagi ?"
"Benar ki demang dua minggu lagi. Â Apakah ki demang keberatan."
"Tidak tidak. Aku sama sekali tidak keberatan. Apakah kami boleh menyambut beliau dengan sebuah upacara."
"Jangan ki demang. Ia akan hadir sebagai tamu biasa. Â Agar tidak terlalu merepotkan ki demang. Begitu pesannya."
Ki demang mengangguk anggukkan kepala. Â Ia memahami keberatan Gusti Narotama. Beliau masih berstatus pelarian kerajaan. Â Jika punggawa kerajaan Wura wari mendengar tentu mereka akan berusaha menangkapnya.
Setelah caraka itu di jamu sekedarnya ia segera pamit hendak kembali ke pesanggrahan. Ia dikawal empat prajurit. Â Namun mereka tidak lagi menghunus pedang. Â Kelimanya berjalan beriringan sambil bercakap cakap dengan akrabnya.