Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 19 Akhir Perang dan Datangnya Tamu (Cersil STN)

30 Maret 2024   21:57 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:12 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aahhhhh, setan kau." erang Macan Belang betina.

Wanita itu berhuyung huyung hendak terjengkang ke belakang. Namun Macan Belang jantan bergerak dengan sigap, ia tahan badan istrinya dan ia bopong keluar dari arena pertempuran.

Kehilangan lawan tidak membuat hati Sekarsari puas.  Ia lampiaskan seluruh kejengkelan hati di medan perang itu kepada lawan lawannya yang lain.  Dengan tangkas dan ganas ia babat prajurit prajurit lawan tanpa memberinya ampun.

"Sekarsari kendalikan dirimu !!!" Handaka memperingatkan.

Namun gadis itu seolah tidak mendengarkan.  Pedangnya terus berputar dan sekali pedang itu menukik pasti memangsa korban.  Banyak musuhnya yang akhirnya berusaha menjauh, namun Sekarsari terus memburunya.

Demikianlah pasukan lawan di sayap kanan iru kocar kacir. Akhirnya banyak yang meninggalkan gelanggang.  Mereka lari menghindarkan diri dari pertempuran.  Keadaan yang berkembang di sayap itu telah mempengaruhi bagian yang lain.  Pasukan di bagian indukpun juga tak tahan terhadap desakan pasukan pengawal.  Satu persatu mereka juga lari dari gelanggang.

Gagakijo dan Landakabang yang sudah terluka arang kranjang juga tak berpengharapan lagi memenangkan pertempuran. Melihat anak buahnya sudah banyak menjadi korban dan sebagian melarikan dirinya, akhirnya iapun terpaksa mengundurkan diri pula.

Sejenak kemudian terdengar suitan panjang dari mulut Gagakijo.  Setelah memberi isyarat pada anak buahnya ia meloncat dan menghilang ditengah keriuhan pasukannya.

Sembada membiarkan musuh musuhnya lari.  Bahkan setelah ia  menyadari bahwa hari telah semakin terang iapun bergegas meloncat dan berlari cepat menghilang dari pertempuran.  Ia tidak ingin dikenal oleh para pengawal kademangan Majaduwur.

Sebentar saja ia telah melewati persawahan yang luas yang membentang antara dusun Wanaasri dengan induk kademangan. Dengan menyusup kebun kebun dan pekarangan milik warga sampailah ia di rumahnya. Kebetulan simboknya diungsikan di banjar kebekelan Majalegi. Jadi Sembada bisa masuk tanpa ada orang yang mengetahuinya.

Sementara itu pasukan pengawal yang mengejar lawan yang meninggalkan pertempuran telah dicegah oleh ki demang.  Satu persatu mereka kembali ke kesatuannya masing masing. Kecuali para petugas yang akan mengurus para korban, pengawal pengawal itu diperintahkan untuk kembali ke induk kademangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun