"Demikian juga yang datang ke rumah Mbok Darmi. Â Janda miskin yang tinggal di dusun Majalegi." Â Selesai berkata Sambaya menyuapi mulutnya.
"Kenapa dia datang ke rumah janda itu ?"
"Berita yang ramai dibicarakan di Majalegi, dia anak sulung Mbok Darmi yang telah lama pergi mengembara."
"Waah aku tertarik menemuinya kakang."
"Itulah maksud kedatanganku ke sini. Â Aku juga ingin berkenalan."
"Baik kakang kita bersama-sama ke sana. Â Tetapi baiknya besok sore saja."
"Aku juga berpikir begitu."
Kartika dan Sambaya akhirnya bersepakat untuk menemui anak sulung Mbok Darmi esok sore. Â Mereka bercakap-cakap sampai tengah malam. Â Sambaya menunggu Prapti keluar lagi, namun hingga malam gadis itu tidak menongolkan batang hidungnya, Â Dengan sedikit kecewa ia pamit pulang.
Esok sorenya Kartika mengendarai kudanya yang tegar menuju rumah Sambaya. Â Ia titipkan kuda itu di rumah temannya, mereka berdua berjalan kaki menuju rumah Mbok Darmi. Ketika masuk halaman rumah itu dan bertatapan pandang dengan Mbok Darmi keduanya mengangguk.
Wanita itu sedang mengupas buah lamtara yang akan dimasaknya menjadi bothok di teras depan. Â Ia heran dua anak muda mengunjungi rumahnya. Â Meski ia sudah kenal dengan dua pemuda anggota pimpinan pasukan pengawal kademangan Majaduwur itu.
"Kulanuwun. Â Selamat sore Mbok. "