Anak buahnya segera berlari-lari ke belakang, masing-masing mengambil seekor kuda dan melarikan kuda itu menyusul Gagakijo.
Sampai di bulak panjang Gagakijo berhenti di bekas tempat perkelahian anak buahnya dengan anak muda pemenang pertandingan itu. Â Dari bekas perkelahian tanah nampak teraduk-aduk seperti baru saja diluku. Â Pastilah keenam anggotanya telah melawan dengan sengit kepada pemuda itu.
'Kita lanjutkan pencarian kita ke Suwaluh."
"Ia mengaku bukan orang Suwaluh Ki Lurah. Â Tetapi ia dari Kademangan Majaduwur. Â Jadi benar dialah yang membantu dua belas orang berkuda Majaduwur yang kita cegat di hutan Waringin Soban."
"Aku sudah mengira. Â Pandanganku tidak meleset mengenali orang. Â Namun aku tidak mengira begitu tinggi ilmunya."
Namun malam telah larut, tak satu rumahpun yang terbuka. Tidak ada yang dapat dimintai keterangan tentang pemuda itu di dusun Suwaluh. Â Setelah mereka berputar-putar di sepanjang jalan dusun itu, akhirnya Gagakijo mengarahkan kudanya pulang ke rumah.
"Kademangan Majaduwur ternyata menyimpan pemuda-pemuda berilmu tinggi. Â Pantas saja pengikut Pangeran Wura-wari tidak mampu menembus kademangan itu. Â Satu pemuda mampu menghadapi kalian berenam, artinya ia telah setara dengan ilmuku. Â Gadis dan pemuda gemuk itu juga mampu menghadapiku berdua. Â Meski bila dilanjutkan pertempuran itu nyawa mereka berdua bisa aku pastikan akan melayang. Â Gara-gara kalian yang tidak berguna kita harus melarikan diri dari gelanggang."
Keenam orang pengikut Gagakijo membayangkan kembali pertempuran di hutan Waringin Soban. Â Pemuda itu hadir tanpa diketahui dari mana munculnya. Â Tiba-tiba saja ia telah nimbrung dan mengacaukan keadaan.
Hanya dengan tongkat bambu ia melawan anak buah Gagak Ijo. Â Tapi semuanya tidak menduga, tongkat bambu itu dapat melemparkan senjata-senjata mereka dari genggaman. Â Tidak itu saja, iapun telah membuat memar punggung, dada, perut dan kaki anak buah Gagakijo.
Kini ia hadir langsung ke sarang gerombolan itu. Â Dengan terang-terangan ia menjajaki kekuatan di Desa Sambirame. Â Ini sangat berbahaya bagi mereka. Â Jika dia membawa bala bantuan segelar sepapan pasukan pangawal Kademangan Majaduwur, Sambirame pasti dapat dikalahkan, dan mereka akan terusir dari desa ini.
"Anak setan, cucu demit." Â Desah Trembolo.
Gagakijo menoleh kepadanya.