Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 11, Anak Angkat (Cersil STN)

22 Maret 2024   14:12 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:34 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak buahnya segera berlari-lari ke belakang, masing-masing mengambil seekor kuda dan melarikan kuda itu menyusul Gagakijo.

Sampai di bulak panjang Gagakijo berhenti di bekas tempat perkelahian anak buahnya dengan anak muda pemenang pertandingan itu.  Dari bekas perkelahian tanah nampak teraduk-aduk seperti baru saja diluku.  Pastilah keenam anggotanya telah melawan dengan sengit kepada pemuda itu.
'Kita lanjutkan pencarian kita ke Suwaluh."

"Ia mengaku bukan orang Suwaluh Ki Lurah.  Tetapi ia dari Kademangan Majaduwur.  Jadi benar dialah yang membantu dua belas orang berkuda Majaduwur yang kita cegat di hutan Waringin Soban."

"Aku sudah mengira.  Pandanganku tidak meleset mengenali orang.  Namun aku tidak mengira begitu tinggi ilmunya."

Namun malam telah larut, tak satu rumahpun yang terbuka. Tidak ada yang dapat dimintai keterangan tentang pemuda itu di dusun Suwaluh.  Setelah mereka berputar-putar di sepanjang jalan dusun itu, akhirnya Gagakijo mengarahkan kudanya pulang ke rumah.

"Kademangan Majaduwur ternyata menyimpan pemuda-pemuda berilmu tinggi.  Pantas saja pengikut Pangeran Wura-wari tidak mampu menembus kademangan itu.  Satu pemuda mampu menghadapi kalian berenam, artinya ia telah setara dengan ilmuku.  Gadis dan pemuda gemuk itu juga mampu menghadapiku berdua.  Meski bila dilanjutkan pertempuran itu nyawa mereka berdua bisa aku pastikan akan melayang.  Gara-gara kalian yang tidak berguna kita harus melarikan diri dari gelanggang."

Keenam orang pengikut Gagakijo membayangkan kembali pertempuran di hutan Waringin Soban.  Pemuda itu hadir tanpa diketahui dari mana munculnya.  Tiba-tiba saja ia telah nimbrung dan mengacaukan keadaan.

Hanya dengan tongkat bambu ia melawan anak buah Gagak Ijo.  Tapi semuanya tidak menduga, tongkat bambu itu dapat melemparkan senjata-senjata mereka dari genggaman.  Tidak itu saja, iapun telah membuat memar punggung, dada, perut dan kaki anak buah Gagakijo.

Kini ia hadir langsung ke sarang gerombolan itu.  Dengan terang-terangan ia menjajaki kekuatan di Desa Sambirame.  Ini sangat berbahaya bagi mereka.  Jika dia membawa bala bantuan segelar sepapan pasukan pangawal Kademangan Majaduwur, Sambirame pasti dapat dikalahkan, dan mereka akan terusir dari desa ini.

"Anak setan, cucu demit."  Desah Trembolo.

Gagakijo menoleh kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun