Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tumben Ra dateng jam segini?" Tanya Hana

"Iya nih aku kesiangan gara-gara begadang semalem wkwkw"

"Makanya belajarnya jangan terlalu diforsir Ra."

"Engga juga, kan emang tiap hari pr kita banyak."

"Iya juga sih. Tapi aku ngga pernah sampe begadang gitu deh Ra."

"Yaiyalah, kamu aja ngerjain pr di sekolah, makanya kalo dateng pagi-pagi buta." Sahut Adel.

"Bener juga sih. Tapi kan kalo aku di rumah ngerjain pr segitu banyaknya aku gabisa istirahat. Terus nanti aku bisa kecapekan. Terus nanti aku sakit. Terus nanti aku harus dirawat di rumah sakit. Terus berarti nanti aku gabisa masuk sekolah. Terus gabisa ngerjain tugas-tugas. Terus akhirnya tugasnya numpuk. Terus aku pulang dari rumah sakit ngerjain tugas banyak banget lagi. Terus gabisa istirahat lagi. Terus aku--"

"Terus apalagi?!?!" Potong Aurel.

"Kalo ngeles aja pinter banget. Giliran suruh ngarang malah plagiat. Dasar baby" sahut Raisa .

Hana memang anak yang manja. Maklum dia adalah anak tunggal. Dan orang tuanya terlalu memanjakannya. Dia juga yang paling rempong diantara mereka semua. Makanya teman-temannya memanggilnya baby.

Setelah itu pelajaran pertama dimulai. Pelajaran demi pelajaran berganti. Waktu terasa cepat. Saatnya pulang sekolah telah tiba. Wajah-wajah penat siswa berubah jadi senang. Rasa penat itu seketika hilang ketika bel tanda pulang sekolah berbunyi. Nara berpisah dengan teman-temannya, karena ada yang buru-buru dan ada yang dijemput. Ketika hendak menuju parkiran tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Nara segera berlari untuk berteduh. Ia berteduh didepan salah satu kelas didekat parkiran sendirian. Membosankan sekali rasanya. Apalagi dia tidak suka dengan hujan. Entah mengapa ia tidak suka dengan hujan. Lebih baik ia kepanasan daripada kehujanan. Dari kejauhan ada seorang siswa yang berjalan menuju tempat Nara berada. Sepertinya ia mencari tempat berteduh yang dekat dengan parkiran agar jika hujannya reda ia bisa langsung mengambil motornya dan pulang. Orang itu semakin dekat. Dan ternyata dia teman sekelas Nara. Tantra Perwira Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun